Arba Mustamir

- Kamis, 7 Oktober 2021 | 14:26 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

Oleh Muhammad Syarafuddin

ORANG Banjar menamai Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Hijriah sebagai Arba Mustamir.

Semasa kecil, orang tua di rumah dan guru di sekolah selalu mewanti-wanti untuk tidak berkeluyuran pada hari tersebut.

Katanya hati-hati. Khusus buat hari itu, Allah menurunkan 320 ribu jenis bala ke muka bumi.

Ngeri juga, ketiban satu bala pun sudah cukup apes. Dan saya percaya saja.

Baru kala kuliah berkesempatan mempelajari bahwa tak ada dalil yang cukup kuat di balik Arba Mustamir.

Arba Mustamir ternyata merupakan pendapat beberapa ulama yang kemudian menjadi tradisi di tengah masyarakat.

Namun, bukan berarti saya akan menghukumi saudara yang mempercayainya. Silakan saja. Apalagi saya bukan ustaz.

Toh, amalan yang dianjurkan pada Arba Mustamir itu bagus-bagus saja. Seperti membaca surah Yasin dan memperbanyak istigfar.

Baru belakangan pula mengetahui bahwa Arba Mustamir tak hanya dihormati di Banua.

Di tanah Jawa, masyarakat Bantul memiliki tradisi memasak lemper raksasa saban Arba Mustamir. Kue itu kemudian dibagikan kepada warga sekitar.

Sedangkan di Aceh ada tradisi Makmegang. Masyarakat yang dipimpin seorang teungku, membaca doa bersama di tepi pantai.

Sejujurnya, saya sudah lama melupakan istilah Arba Mustamir ini. Baru mendengarnya kembali pada Jumat kemarin.

Saat khatib naik ke atas mimbar dan memilih topik ini. Dengan kepala terantuk-antuk saya mencomot sebagian penjelasannya.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X