Beda Anak Dulu dan Sekarang

- Jumat, 8 Oktober 2021 | 13:56 WIB
BELAJAR MENGAJI: Norhana (kiri), telah 30 tahun mengajar mengaji anak-anak pesisir.
BELAJAR MENGAJI: Norhana (kiri), telah 30 tahun mengajar mengaji anak-anak pesisir.

Usianya sudah 66 tahun. Tetap setia mengajar anak kampung mengaji. Merasakan dalam beberapa zaman, dia mengatakan anak ‘bahuela’ memang spesial.

 =========================

Zalyan Shodiqin Abdi, Pagatan

 =========================

Angin selatan berembus pelan di pesisir Desa Muara Tengah, Rabu (6/10) sore tadi. Musim tenggara nampaknya mau berganti ke barat. Ditandai kemunculan ubur-ubur di pesisir Pagatan.

Lepas zuhur, seperti hari-hari lainnya, Norhana duduk di teras rumah kayu persis di tepi jalan aspal. Puluhan anak desa belajar mengaji. Ada yang duduk tenang, ada berlarian di halaman rumput gajah.

Sesekali ujung cadar Norhana diusik angin pantai. Aroma garam berbaur dengan ejaan Iqra. "Ini dibaca panjang, bukan pendek. Ada tandanya itu," tegurnya ke seorang anak.

Norhana masih ingat. 30 tahun lalu mulai mengajar anak-anak. Awalnya untuk anak sendiri di rumah. Lama-lama ibu-ibu tetangga menitip buah hati mereka.

"Tidak digaji. Cuma anak-anak rajin ambil air isi bak mandi. Dulu itu, ada kepercayaan, siapa rajin isi bak mandi, ngajinya cepat lancar seperti air mengalir," kenangnya.

Metode mengajarnya rupanya digemari warga. Anak desa tetangga pun ada datang belajar. Muridnya saat itu mencapai 50 an anak. Penuh dari dapur sampai pelataran. Suaminya yang kebetulan kepala desa memberikan banyak dukungan.

Norhana merasakan tiga suasana berbeda mengajar mengaji. Di zaman dirinya kecil, guru-guru biasa membawa rotan kecil. Anak yang salah bacaannya akan disentil rotan.

Di zaman itu, anak-anak sangat cepat pandai membaca Alquran. Bahkan mampu melafalkan rangkaian huruf Arab sedemikian cepat. Anak-anak sangat patuh, apa titah guru itu yang dilaksanakan.

Di era awal dia mengajar, suasana sudah berubah. Rotan-rotan mulai ditinggalkan. Namun di masa ini kehidupan beragama warga begitu kental.

"Anak-anak menurut tanpa dimarahi. Saya tinggal mereka diam menunggu. Tidak lari ke sana ke sini," kenangnya.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X