Dari Banjar Mural Festival 2021; Menggantung Harapan di Dinding Beton

- Sabtu, 16 Oktober 2021 | 15:26 WIB
BERPROSES: Peserta Banjar Mural Festival, mengerjakan karyanya, Jumat (15/10). | Foto: Wahyu Ramadhan / Radar Banjarmasin
BERPROSES: Peserta Banjar Mural Festival, mengerjakan karyanya, Jumat (15/10). | Foto: Wahyu Ramadhan / Radar Banjarmasin

Di depan penonton, sosok seniman perempuan itu tampil mengumbar senyum. Tapi di belakang layar, siapa yang tahu ia juga menyimpan banyak kegetiran.

Penulis, WAHYU RAMADHAN

Di dinding beton eks Pelabuhan Martapura Lama (Marla) di Jalan RE Martadinata, Dhea Qistina menggoreskan kuas catnya.

Pelan namun pasti, dari goresan kuas itu tampak sosok perempuan berambut panjang mengenakan gaun merah. Merentangkan tangan, seperti sedang menari.

Meski bagian wajah yang dilukis Dhea itu belum sempurna, setidaknya sudah ada sketsa kasar. Bahwa si sosok perempuan itu tengah mengumbar senyum.

"Saya ingin melukis sosok seniman yang selalu tampil totalitas. Tersenyum di hadapan penonton," ujarnya, ketika ditemui penulis, Jumat (15/10).

Tapi, bukan itu saja yang rupanya ingin disampaikan mahasiswi Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang ini. "Nanti, saya akan menambahkan hal lain dalam lukisan ini. Yang menggambarkan di balik layar, seniman juga dirundung banyak persoalan," tuturnya.

"Sederhananya, saya ingin lukisan saya mempunyai makna, sekecil apapun jerih payah seniman itu, patut dihargai. Terlebih saat kondisi pandemi Covid-19 seperti ini," tambahnya.

Di tembok eks Pelabuhan Marla, tidak hanya Dhea yang mengoleskan kuas cat. Ada pelukis lain. Seperti Jeffry Andika atau akrab disapa Big Jef.

Di dinding itu, Jeff melukis seekor burung Enggang menjulurkan lidah. Dengan sorot mata mengejek, hewan langka itu berdiri di atas tumpukan sampah. Di belakang burung itu ada kalimat: bla, bla, bla, bla.

Itulah sekelumit gambar yang dilukiskan. Penuh makna yang tersirat. Dan tentu, itu hanya contoh saja. Ada pula lukisan yang mudah dicerna.

Di bagian tembok lain, menampilkan lukisan petugas ber-APD (alat pelindung diri) yang menyandarkan lengan di samping sebuah mobil ambulans berisikan peti jenazah.

Di bagian bawah ada kalimat protes yang ditulis dengan bahasa Inggris. Setidaknya memiliki arti: Virus Corona, mengapa kau tega membunuh kami.

Sang pelukis, Fathur Rahman mengaku tema yang dibuatnya itu adalah bentuk unek-unek betapa dahsyatnya pandemi melanda negeri selama dua tahun terakhir. Tak terkecuali di Kota Banjarmasin.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X