Memasyarakatkan Tokoh Banua di Masyarakat

- Kamis, 28 Oktober 2021 | 11:04 WIB
PANITIA: Ketua panitia pelaksana, Rezky Noor Handy dan inisiator Prof Ersis Warmansyah dalam konferensi pers kemarin (27/10). | FOTO: ENDANG SYARIFUDDIN/RADAR BANJARMASIN
PANITIA: Ketua panitia pelaksana, Rezky Noor Handy dan inisiator Prof Ersis Warmansyah dalam konferensi pers kemarin (27/10). | FOTO: ENDANG SYARIFUDDIN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN – Program Studi Pendidikan Sejarah dan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, menggelar Bincang-bincang Lintasan Historis Urang Banjar pada 10 November 2021 mendatang.

Materi yang akan dibahas dalam acara yang digelar secara daring dan luring ini, seputar Kesultanan Banjar hingga tokoh urang Banjar yang berkontribusi dalam pembangunan Banua.

Penuturan M Rezky Noor Handy yang menjadi ketua pelaksanaan acara membeberkan alasan mengambil topik tersebut, karena ingin mengenalkan kembali para sosok urang Banjar yang sangat inspiratif dan mungkin masih belum terlalu dikenal secara luas, baik masyarakat lokal maupun di nasional.

“Kita ingin memasyarakatkan tokoh Banua di masyarakat,” ujar Rezky, usai memberikan keterangan pers rencana pelaksanaan acara, Rabu (27/10) sore.

Tujuan lainnya ingin menguatkan kesadaran berbangsa dan bernegara bagi generasi muda tentang tokoh-tokoh yang berjuang baik di militer, sosial, politik, budaya dan persebaran Islam di Kalsel.

“Juga bisa menjadi acuan guru sejarah dan IPS dalam memberikan pengajaran tentang sejarah lokal,” harap Rezky.

Prof Ersis Warmansyah yang juga menjadi salah satu inisiator menambahkan, melalui acara ini bisa menggali potensi sejarah lokal dan nilai-nilainya sekaligus menuangkan dan sebuah tulisan.

“Mengetahui sejarah itu diantaranya dengan melakukan bincang-bincang seputar sejarah, penelitian,” kata Guru Besar Bidang Ilmu IPS ULM ini.

Ke depan kita ingin menjalin kerjasama dengan para guru sejarah dan IPS untuk menggelar acara serupa. Hasilnya dapat dibuat dalam sebuah buku ringkasan yang berisi sejarah lokal. Buku tersebut dapat menjadi acuan materi pengajaran kepada peserta didiknya. Tak jaman lagi saat guru mengajar harus membawa buku-buku tebal.

“Anak-anak sekarang lebih suka yang praktis, tidak perlu buku yang tebal, cukup ringkasannya saja,” tuntas Prof Ersis.(gmp/ema) 

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X