Meningkat, Konsumsi BBM Warga Banua

- Jumat, 29 Oktober 2021 | 22:02 WIB
SERING KOSONG: Seorang pelanggan menunggu Pertalite yang habis di sebuah SPBU di Kabupaten Batola. Pertamina menyebut angka konsumsi BBM di banua meningkat. | FOTO: MUBARAK/RADAR BANJARMASIN
SERING KOSONG: Seorang pelanggan menunggu Pertalite yang habis di sebuah SPBU di Kabupaten Batola. Pertamina menyebut angka konsumsi BBM di banua meningkat. | FOTO: MUBARAK/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN - Sudah beberapa hari ini Sukma mengeluhkan susahnya mencari BBM. Beberapa SPBU yang ditemuinya kadang kehabisan. Dia pun terpaksa mengisi kendaraannya dengan BBM jenis pertamax. “Saya terpaksa harus beralih isi pertamax. Pertalite selalu kehabisan. Sudah sejak Rabu pekan lalu,” keluhnya kemarin.

Dia tak habis pikir, di saat Pertamina tak lagi menyuplai BBM jenis premium dengan mengalihkan ke BBM dengan RON di atasnya. Malah ketersediaannya susah dicari. “Apakah diharuskan berpindah ke pertamax lagi,” tanyanya.

Keluhan serupa disampaikan Putra. Kendaraan roda empat bututnya pun terpaksa “minum” pertamax beberapa hari ini, karena sempat kesusahan mencari pertalite. Jika ada pun sebutnya harus antre panjang dulu untuk dapat jatah.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkutan pasir dan barang bekas bangunan ini mengatakan, terganggunya ketersediaan pertalite di beberapa SPBU juga lantaran ramainya para pelangsir yang jumlahnya tak sedikit.

Para pelangsir ini lah sebutnya salah satu yang membuat terganggunya suplai kepada pemakai BBM langsung. “Anda lihat saja. Belum datang tangki BBM, mereka sudah menyemut. Akhirnya jatah kepada pemakai langsung kehabisan,” tuturnya.

Tak hanya BBM jenis pertalite yang beberapa hari ini susah dicari. BBM jenis solar pun demikian. Bahkan untuk mendapat BBM jenis ini, para sopir truk harus rela antre panjang mulai malam hari.

Mirisnya, karena antre panjang di badan jalan, membuat lalu lintas pun terganggu. Padahal mereka sudah diatur jadwal jam mengantre. Demi mendapat antrean, mau tak mau para sopir rela “ngetem” lebih dulu. Pasalnya, jika tak begitu, dipastikan tak mendapat BBM.

Soal antrean ini, beberapa hari yang lalu Satlantas Polresta Banjarmasin melakukan penindakan. Pasalnya antrean panjang truk yang berada di badan jalan tersebut selain mengganggu pengendara yang lain, juga sangat membahayakan.

Madi, salah satu sopir truk yang ditemui koran ini kemarin mengatakan, dirinya harus antre BBM lebih dulu karena takut kehabisan. Dampaknya, dia pun tak bisa bekerja karena kehabisan solar. “Mau bagaimana lagi. Tak antre tak dapat jatah. Ini harus ada solusi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, antrean panjang ini kembali terjadi sekitar satu bulan ke belakang. Padahal sebutnya, sebelum ramai kembali antrean ini, dia mudah saja mendapat solar. “Paling lama antre 1 jam, sekarang bisa sampai 5 jam,” tukasnya.

***

Soal kondisi ini, Susanto August Satria, Unit Manager Comm, Rel & CSR MOR VI Pertamina Kalimantan menegaskan, tak ada kelangkaan BBM di Kalsel, baik jenis pertalite maupun solar. Turunnya level PPKM dari level IV ke level 2-3 yang membuat mobilitas masyarakat meningkat dan menyerap banyak BBM.

Surya membuka data, pada bulan September lalu yang status PPKM di Banjarmasin dan Banjarbaru masih di level 4, konsumsi pertalite sebanyak 936 KL/hari. Sedangkan di bulan Oktober yang mana status PPKM mengalami penurunan, konsumsi pertalite di Kalsel rata-rata harian mencapai 1.084 KL/hari.

Dengan data tersebut terangnya, bukan karena kelangkaan yang terjadi. Namun peningkatan konsumsi dikarenakan aktivitas masyarakat yang mulai aktif dengan kebiasaan normal yang baru. “Ada kenaikan konsumsi sebesar 16 persen setelah turunnya status level PPKM ke level 2-3,” sebutnya sembari menegaskan, suplai ke Kalsel tak ada pengurangan.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X