Pejuang Banua Bertarung di Semua Sektor

- Rabu, 10 November 2021 | 13:24 WIB
Wajidi Amberi
Wajidi Amberi

Melihat catatan sejarah, para pejuang di Kalimantan Selatan punya peran besar dalam masa perjuangan melawan para penjajah.

Ahli Sejarah Kalsel, Wajidi Amberi mengatakan, salah satu bukti peran besar para pejuang Banua ialah peristiwa Perang Banjar pada masa Kesultanan Banjar. "Ini menjadi perang yang terpanjang atau terlama di Indonesia. Karena berlangsung selama 40 tahun, sejak 1859 sampai 1905," katanya.

Dalam perang melawan kolonial Belanda tersebut, dia menuturkan, heroisme para pejuang dalam memperjuangkan Indonesia sangat terlihat. "Karena perang ini sangat dahsyat," tuturnya.

Dalam Perang Banjar sendiri melibatkan sejumlah tokoh pejuang, salah satunya Pahlawan Nasional Pangeran Antasari. Kemudian, Tumenggung Jalil, Demang Lehman, Pangeran Hidayatullah, Panglima Batur, dan lain-lain.

Selain Perang Banjar, Wajidi menuturkan, pada periode revolusi kemerdekaan sejak 1945 hingga 1949 perjuangan para pejuang Kalsel dalam membela dan mempertahankan kemerdekaan juga luar biasa. Baik melalui perjuangan bersenjata maupun perjuangan di jalur politik.

Dia menuturkan, pada masa revolusi kemerdekaan ada sejumlah peristiwa terjadi. Di antaranya, Pertempuran Batakan atau Palagan Batakan yang terjadi pada 12 April 1946.

Saat itu, ujar Wajidi, tentara Netherlands Indies Civil Administration (NICA) menyerbu dari arah Pelaihari ketika rakyat sedang memutuskan hubungan dengan cara merusak jembatan di daerah Kandangan Lama. "Pertempuran berkobar dengan sengit. Namun, tentara NICA yang hanya berkekuatan 15 orang berhasil dikalahkan hingga mengundurkan diri," ujarnya.

Tiga hari kemudian yakni tanggal 14 April 1946, NICA kembali menyerang Batakan dengan menggunakan pesawat terbang yang dilengkapi bom api. Rakyat Batakan melakukan perlawanan dengan gagah berani.

Pertempuran terjadi di semua sektor. Sektor laut menghadapi 2 buah kapal NICA di Muara Batakan, sedangkan pesawat terbang berputar-putar menembaki dari udara sehingga rumah penduduk berlubang-lubang.

"Namun di sektor utara pejuang kita berhasil menghancurkan kekuatan NICA. Sebuah truk yang penuh dengan tentara NICA terbalik dan puluhan tentaranya menjadi korban," paparnya.

Setelah peristiwa itu, Wajidi menyampaikan, terjadi lagi beberapa pertempuran. Salah satunya, Pertempuran di Ambilik (di kaki gunung Ambulung Haruyan) pada 3 Agustus 1948.

Dalam pertempuran itu, para pejuang dipimpin Hassan Basry yang semula berencana meyerang militer Belanda, ternyata mereka lebih dahulu diserang dan dikepung Belanda. Sehingga sejumlan tokoh gugur dalam pertempuran itu, yakni Aseri dan Maseri. "Sedangkan yang luka tembak antara lain Ibat, Mustafa, Tulamak dan Japau," ucap Wajidi.

Pada tahun yang sama, Wajidi menyebut, terjadi Pertempuran Anjir pada bulan Maret. Yakni, antara pasukan BN 10 dari ALRI Divisi IV dengan tentara Belanda. "Saat itu, pasukan ALRI Divisi IV BN 10 dipimpin oleh Abdurrahman Lubis berangkat menuju Anjir Pasar sebab mendapat laporan bahwa polisi kilat Belanda datang dari Banjarmasin," sebutnua.

Ketika berada di Anjir Pasar, pasukan ALRI Divisi IV BN 10 ternyata dicegat oleh pasukan gerilya. Sehingga terjadilah pertempuran. Dalam peristiwa itu, Abdurrahman Lubis dan Tarlan gugur sebagai kesuma bangsa. Sedangkan di pihak Belanda tewas 4 orang dan sisanya melarikan diri. "Kemudian pimpinan pasukan diambilalih oleh Atak Imberansyah, dan selanjutnya mengatur strategi untuk perjuangan berikutnya," ucap Wajidi.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X