Kasus Desa Sungai Taib Contohnya, Akibat Program CSR Tanpa Visi

- Jumat, 12 November 2021 | 13:51 WIB
PENELITI: Direktur Polteknik Kotabaru, M Rezky Oktavianoor membeberkan hasil penelitian di Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
PENELITI: Direktur Polteknik Kotabaru, M Rezky Oktavianoor membeberkan hasil penelitian di Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN - Dana corporate social responsibility (CSR) yang disalurkan perusahaan, demikian pula dengan program bantuan pemerintah, semestinya bisa membuat warga lebih mandiri.

Uangnya habis, setelah itu tak ada perkembangan.

Seperti yang ditemukan Direktur Politeknik Kotabaru, M Rezky Oktavianoor dalam sebuah penelitian di Desa Sungai Taib Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru.

Penelitian ini juga menggandeng praktisi media, yakni Toto Fachrudin, yakni Pemimpin Redaksi Radar Banjarmasin.

Mengapa desa itu yang dipilih? Sudah sejak lama Desa Sungai Taib bukan lagi kawasan perairan tangkap. Terlihat dari peta potensi perikanan yang dipetakan pemkab setempat.

"Alhasil, kini 28 nelayan di desa itu mencoba mencari usaha lain untuk sumber pendapatannya. Karena sudah lama tak melaut, kapal yang tertambat pun disewakan untuk para pemancing," ujarnya kemarin (11/10) siang.

Terungkap, bahwa berbagai bantuan perusahaan dan pemerintah belum tepat sasaran.

"Bantuan yang diberikan semestinya melihat apa potensi yang bisa digarap di sana," tegas Rezky.

Sementara di Desa Sungai Taib ada potensi budidaya udang vaname alias udang kaki putih atau udang raja.

"Udang ini bisa diproduksi untuk ekspor. Desa Sungai Taib adalah kawasan yang pas. Karena tambak dan bekas tambak di sana adalah potensi yang belum tergarap," jelasnya.

"Padahal budidaya ini sangat sederhana dengan keuntungan besar. Sayang tak dilirik," tambahnya.

Bayangkan, dengan modal Rp150 juta, dalam waktu dua tiga bulan sudah bisa dipanen. Sekali panen minimal dua ton. Dengan harga jual per kilogram Rp60 ribu.

"Artinya sekali panen Rp125 juta. Bayangkan kalau setahun," tukasnya.

Maka, program bantuan yang ada harus disalurkan untuk pelatihan, permodalan dan pendampingan budidaya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X