Aluh Idut, Pejuang Wanita Kandangan yang Sempat Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

- Jumat, 12 November 2021 | 17:39 WIB

Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), nama Aluh Idut telah menjadi nama jalan sampai gedung olahraga dan seni. Namun tidak semua orang tau kalau nama aslinya adalah Siti Warkiyah. Lebih tidak banyak lagi yang tahu perjuangannya.

- Oleh: SALAHUDIN, Kandangan

Siti Warkiyah atau Aluh Idut lahir di Parincahan, Kandangan tahun 1905. Dia anak pertama dari pasangan Haji Muhammad Hapip dan Siti Murah. Orang tuanya memiliki empat orang anak, Siti Warkiyah atau Aluh Idut, Mussafa Hapip, Masuardi dan Basiun Hapip.

Berdasarkan cerita orang tuanya, nama Aluh Idut berasal dari fisiknya yang lebih besar dan subur dibanding wanita kebanyakan. Karena itulah dia mendapatkan julukan Aluh (galuh) yang gendut.

“Julak (Aluh Idut,red) dulu orangnya cantik,” ujar Ratnawati (65), adik kedua dari Siti Warkiyah saat ditemui di rumahnya di Jalan Pahlawan Gg Aluh Idut, Kecamatan Kandangan.

Aluh Idut sebagai anak sulung dari empat bersaudara dibesarkan di lingkungan semangat nasionalisme yang pekat. Muhammad Hapip sekitar tahun 1918 sudah menjadi anggota Serikat Islam (SI) di Kandangan dan juga merupakan guru agama.

Sejak dari kecil, Aluh Idut bersama saudaranya sering diceritakan riwayat perjuangan rakyat melawan penjajah khususnya tentang perang Banjar, perang Amuk Hantarukung dan peristiwa perang lainnya.

Dari didikan orang tuanya sejak kecil tersebut, Aluh Idut sudah tertanam memiliki idealisme perjuangan guna mencapai kebebasan dan kemerdekaan.

Tahun 1916, Aluh Idut berhasil masuk Verfolk School (sekolah rakyat) lima tahun dan berhasil menyelesaikannya. Selesai sekolah, ia pun mengakhiri masa remajanya tahun 1922 setelah menikah dengan seorang pemuda bernama Utuh Kaderi yang merupakan seorang sopir angkutan. Tapi, sayangnya dalam pernikahan, Aluh Idut tidak memiliki keturunan.

“Karena suami beristri lagi, Aluh Idut kemudian meminta cerai,” tutur Ratnawati.

Sejak tahun 1932 Aluh Idut bergabung dengan organisasi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) Cabang Kandangan dan menjadi satu-satunya perempuan dari Kandangan. PBI inilah yang kemudian melebur menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya) tahun 1935 dan tahun 1936 menjadi anggota anggota Parindra (Partai Indonesia Raya) Cabang Kandangan.

Di tahun 1937 bersama H Saniah dan H Rafa’I, Aluh Idut diutus menjadi delegasi Cabang Kandangan dalam kongres Parindra di Bandung. Kemudian tahun 1938, Aluh Idut menduduki jabatan Ketua pada Pengurus Besar Jamiatun Nissa (bagian keputrian) di lingkungan Pengurus Musyawaratuthalibin di Kandangan.

Selanjutnya di tahun 1940, Aluh Idut menjadi anggota Panitia Kongres Wanita Kalimantan yang dilaksanakan di Kandangan. Pada tahun 1943-1949 dalam masa penjajahan Jepang, Aluh Idut juga bergabung dalam Fujingkai, bagian propaganda tentang persatuan dan kebangsaan Indonesia.

Kemudian tahun 1945 termotivasi diturunkannya bendera merah putih oleh tentara NICA di Kandangan, Aluh Idut memasuki barisan pelopor pemberontakan Kalimantan Indonesia (BPPKI) sebagai anggota penghubung dan penyelidik. Aluh Idut memberikan senyalemen dan senjata ke pedalaman.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X