Asa Pedagang Taman 10 K Pertamina Tanjung Melawan Pandemi

- Senin, 15 November 2021 | 21:22 WIB
TETAP TERSENYUM: Rukani, Pedagang Bakso di Taman 10 Kompleks Pertamina EP Tanjung Field di Murung Pudak. | Foto: Ibnu Dwi Wahyudi/Radar Banjarmasin
TETAP TERSENYUM: Rukani, Pedagang Bakso di Taman 10 Kompleks Pertamina EP Tanjung Field di Murung Pudak. | Foto: Ibnu Dwi Wahyudi/Radar Banjarmasin

Pandemi memukul hampir setiap sendi kehidupan, tapi tetap ada asa di balik bencana. Selama kepedulian dan kolaborasi antar sesama dijaga. Sebagaimana kisah para pedagang Taman 10 K Kompleks Pertamina EP Tanjung Field di Murung Pudak.

- Oleh: IBNU DWI WAHYUDI, Tabalong

Jualan masih terasa sepi, keramaian taman yang terletak di Kelurahan Belimbing, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong ini belum kembali.

Kondisi masih disyukuri Rukani, seorang penjual bakso. Sebab menurut perempuan kelahiran 1972 ini, mereka bahkan sempat tidak bisa berjualan selama tiga bulan.

“Tepatnya Maret, April dan Juni 2020 lalu. Diam di rumah saja, tanpa ada penghasilan,” ujar ibu dua anak ini.

Dilarang berjualan oleh empunya kios, PT Pertamina EP Tanjung yang juga mengikuti aturan pemerintah dalam penanganan pandemi. Untungnya, Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang energi ini tetap peduli nasib pedagang kecil binaannya. Selama tiga bulan itu, seluruh pedagang yang berjumlah 28 orang mendapatkan bantuan paket sembako.

“Macam-macam isinya, gula, tepung, beras juga ada,” terangnya.

Sembari bersantai menunggu pembeli, kepada Radar Banjarmasin, perempuan berkerudung hitam ini pun menceritakan betapa ramainya taman 10 K sebelum pandemi. Waktu itu, ia bisa mendapat laba sampai Rp600ribu per hari. Sehingga kehidupan keluarganya pun membaik. Bisa membangun rumah, sampai menyekolahkan anaknya sampai jenjang strata dua (S2) hingga sekarang bisa mandiri, menjadi karyawan RSUD H Badarudin Kasim, Tanjung.

“Kalo kondisinya seperti sekarang, mungkin tidak bisa. Sekarang turun lebih separo, hanya sekitar Rp200 ribu. Selain sepi, waktu berjualan juga masih dibatasi,” terangnya.

Rukani juga mensyukuri kondisinya saat ini, berjualan di kios permanen, dengan atap seng kokoh ditopang kerangka pipa berdiameter sepuluh sentimeter, bekas pipa material pengeboran minyak.

“Saya dulu pertama berjualan di pojok minimarket itu,” telunjuknya mengarah ke tempat yang berjarak sekitar dua puluh meter dari tempatnya berjualan sekarang.

Saat itu, untuk menaungi jualan, dipasang tenda dengan diikat seadanya, semrawut dan terlihat kumuh, ketika hujan pun bocor. “Kami dulu jualan pentol di Banjarmasin, terus belajar membuat bakso. Setelah pulang tahun 1994 ke Tanjung mencoba berjualan bakso,” kenangnya.

Ternyata rezekinya pas, jualan bakso Rukani dan suami kian ramai. Taman 10 K pun makin banyak diserbu pedagang, hingga suasana kumuh pun semakin terasa. Untungnya, pihak Pertamina bijak dalam melakukan penataan.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang Taman 10 K, Arianto yang sehari-hari berjualan nasi goreng, juga merasakan hal serupa sejak pandemi melanda. “Malam-malam biasa ramai karyawan nongkrong, sambil melepas lelah. Sekarang jarang, mereka di rumah saja. Siang-siang anak sekolah juga libur,” ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X