Pengungsi Mengeluh Tak Tertangani

- Selasa, 30 November 2021 | 08:34 WIB
Lansia mengungsi di SMAN 1 Barabai. Ada 100 orang di pengungsian tersebut. | Foto: Jamaluddin/Radar Banjarmasin
Lansia mengungsi di SMAN 1 Barabai. Ada 100 orang di pengungsian tersebut. | Foto: Jamaluddin/Radar Banjarmasin

BARABAI- Warga Hulu Sungai Tengah mengeluh tanggap darurat bencana per 28 November kemarin tidak mengubah pendekatan pemerintah. Khususnya pelayanan pemerintah kepada warga pengungsi.

Hal ini dirasakan warga pengungsian di SMAN 1 Barabai. Sejumlah anak-anak dan lansia di sana mengeluhkan sakit dan kekurangan logistik bantuan.

Ada lima lansia di pengungsian ini. Mereka tidak mendapatkan pelayanan kesehatan. "Masuk angin. Soalnya tidur di lorang sekolah, darah tinggi ada yang kumat. Sementara obat-obatan tidak tersedia" kata Agus di pengungsian, Senin (29/11).

Jumlah warga yang mengungsi di SMAN 1 Barabai sebanyak 100 orang. Mereka berasal dari Kelurahan Barabai Darat, Gang Munti Raya RT 15 dan 18. "Ketinggian air saat saya tinggalkan dalam rumah sepinggang," curhatnya.

Selain perlu layanan kesehatan, warga di pengungsian juga perlu suplai air bersih. Karena leading mati sejak Minggu 28 November.

Soal logistik warga mengaku hanya diberikan nasi bungkus. Itupun jumlahnya tidak memenuhi jumlah warga yang ada di pengungsian. Mereka mengaku harus berbagi nasi dan lauk supaya semuanya mendapat makan. "Hari Minggu pukul 22.00 malam kami baru dapat makan. Sedangkan kami sudah mengungsi sejak pukul 10.00 pagi," ceritanya.

Warga berinisiatif membuat dapur swadaya. Mereka mengambil kompor di rumah dan membawa bahan pokok yang tersedia untuk diolah menjadi makanan. "Seperti tempe, mie dan beras dibawa ke sini," timpal Ati warga lainnya.

Warga yang tidur di lorong sekolah lantai dua itupun dipaksa kuat dengan keadaan. Pasalnya bila malam hari penerangan hanya menggunakan lilin. Mereka harus tidur dengan selimut seadanya. "Kan tidak ada bantuan selimut. Jadi digigit nyamuk itu sudah biasa," bebernya.

Pengungsi yang rata-rata perempuan ini tidak bisa keluar dari gedung. Pasalnya mereka dikepung banjir. Air setinggi lutut orang dewasa. Belum lagi arusnya cukup deras. Mereka mengaku akan bertahan di sana sampai air surut.

Ironisnya, Bupati Hulu Sungai Tengah Aulia Oktafiandi dalam apel siaga koordinasi antara forum komunikasi dan pimpinan daerah (Forkopimda) mengatakan fokus utama mereka adalah mengayomi pengungsi.

"Besar harapan kami, kita bisa bersinergi. Karena yang menjadi tolok ukur adalah masyarakat. Bagaimana respons kita terhadap mereka," ucapnya kemarin.

Hasil rapat koordinasi ini, total pengungsi yang harus ditangani yaitu 2.208 jiwa. Bupati HST langsung memerintahkan para camat di wilayah terdampak untuk mengakomodir segala keperluan pengungsi. "Para camat harus kerjasama dengan Polsek dan Koramil," pintanya.

Bupati juga menginginkan agar para relawan yang ingin membantu untuk melapor ke posko induk di Stadion Murakata. Kemudian mereka akan diarahkan oleh koordinator di stadion untuk mensuplai bantuan. Bupati menginstruksikan BPBD untuk mengiventarisir setiap relawan yang datang.

Respons pemerintah ini menuai kritik dari Anggota DPRD HST, Yajid Fahmi. Menurutnya setelah dia mencek langsung ke beberapa titik pengungsian, tidak ada kesiapan yang matang dari pemerintah daerah."Saya sudah memantau ke pengungsian di Gedung Djoang, terus di SMAN 1 Barabai dan memang tidak ada persiapan sama sekali," kritiknya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X