Sekepal Aspal

- Jumat, 10 Desember 2021 | 11:01 WIB

DI LUAR kalangan insinyur, kontraktor dan pegawai dinas PU, siapa yang peduli dengan aspal? Jawabannya seorang pengagum aspal dadakan.

- Oleh: Muhammad Syarafuddin

Bagi saya, aspal adalah material yang ajaib. Berkat aspal, status terpencil dari sebuah desa bisa ditanggalkan.

Jalan yang mulus juga menolong perekonomian. Truk dari pelabuhan dan pabrik dapat mencapai pasar lebih cepat. Menekan ongkos pengiriman. Menjaga harga barang tetap murah.

Aspal pula yang membuat Presiden Joko Widodo bisa balapan dengan tersenyum di Sirkuit Mandalika.
Mari mundur ke belakang, berabad-abad sebelum Jokowi lahir.

Sebelum berjaya di darat, aspal pernah dipuja di lautan. Oleh pelaut kuno, aspal digunakan untuk melapis lambung kapal supaya kedap air.

Bangsa Yunani menamainya asphaltos. Bangsa Akkadia menyebutnya iddu. Bangsa Arab mengenalnya qar.

Dalam catatan tertanggal 1595, penjelajah Inggris bernama Sir Walter Raleigh menulis, telah ditemukan simpanan aspal di Trinidad, dekat pantai Venezuela.

Deposit lainnya berada di Buton. Di tenggara Sulawesi itu, aspal mulai ditambang sejak tahun 1926.

Cadangannya ditaksir mencapai 694 juta ton. Buton sanggup memenuhi kebutuhan infrastuktur Indonesia selama 330 tahun.

Sejauh ini diketahui, hanya di kedua lokasi tersebut aspal alam bisa ditambang. Selebihnya aspal buatan, produk kimia rumit yang diolah dari minyak bumi.

Intinya, jasa aspal untuk transportasi modern sungguh tak terperi.

Meski saban hari harus terinjak sepatu, dilindas ban, terciprat ludah, teroles tahi kucing, dimandikan hujan dan dijemur matahari.

Maka patut disesalkan, ketika Banjarmasin diancam banjir, secara tak langsung aspal didakwa.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X