TANJUNG – Pasca ditutupnya Jembatan Paringin 23 September tadi, banyak jalan di hulu sungai dilalui angkutan berat sebagai akses alternatif. Kualitas jalan yang tidak mampu menahan beban berat membuat lubang pun muncul di mana-mana.
Ada dua opsi jalan alternatif yang menjadi perlintasan. Yakni Jalan Gunung Pandau dan Bungin untuk kendaraan bermotor ringan. Sedangkan untuk kendaraan bermotor dengan beban berat di atas lima ton, dari Pantai Hambawang Kabupaten Hulu Sungai Tengah sudah akan diarahkan menuju Amuntai untuk tembus ke Kabupaten Tabalong. Begitu juga sebaliknya.
Dari sinilah berbagai keluhan masyarakat hulu sungai menyeruak. Bukan hanya masyarakat Balangan, namun juga kabupaten tetangga. Pasalnya, pasca jembatan Paringin diportal, angkutan raksasa sudah mulai sibuk mencari jalan alternatif.
Tak ayal ketika Jembatan Paringin ditutup total, jalan-jalan alternatif yang sebelumnya sudah dilintasi angkutan berat, kondisinya pun semakin parah.
“Kalau dijadikan jalan alternatif dengan kondisi jalan hancur, dipastikan akan semakin hancur dan semakin banyak kendaraan yang terbalik. Dan kami masyarakat sini sisa makan debunya saja,” ketus salah seorang warga sekitar, Edo.
Bupati Balangan, Abdul Hadi saat ditemui Senin (13/12) berharap Jembatan Paringin dalam waktu ditentukan sudah selesai sehingga bisa dilalui.
“Begitu jembatan bagus, di tahun 2022 nanti jalan yang dijadikan alternatif kita perbaiki. Kalau diperbaiki saat ini nanti hancur lagi karena yang melintas dengan tonase besar,” tukasnya.
Warga Tabalong sendiri berencana turun ke jalan memprotes angkutan bertonase besar yang membuat rusaknya jalan. Mereka yang tergabung dalam Aliansi Tabalong Bersatu memastikan diri ikut dalam aksi sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) yang mengeluhkan hal serupa.
Mereka juga menanti aksi dari jajaran aparat desa sebagaimana inisiatif di kabupaten tetangga. “Kami menunggu jajaran pemerintahan desa, karena di Amuntai aparat desa yang muncul,” ucap Ketua Aliansi Tabalong Bersama, Rusmadi, Senin (13/12).
Permasalahan angkutan yang menjadi penyebab jalan rusak belum mendapat perhatian dari pemerintah, meski sudah dilakukan perbaikan jalan. Masalah utamanya adalah tidak ada pembatasan muatan sesuai beban jalan.
Dari pantauan Radar Banjarmasin, Kondisi jalan rusak akibat angkutan bermuatan berat di Kabupaten Tabalong ada di sejumlah titik ruas jalan, yakni Ahmad Yani dari Tanjung ke arah Amuntai, Hulu Sungai Utara.
Kerusakan terjadi paling parah di Kawasan Selongan, Kelurahan Jangkung dan di Desa Mantuil, Kecamatan Muara Harus. Padahal kedua titik ini sudah diperbaiki berkali-kali.
Angkutan bermuatan berat yang sering melintas diantaranya kendaraan trailer dan truk jumbo pengangkut semen. PT Conch Cement South Kalimantan yang merupakan perusahaan semen yang dikeluhkan tidak memberikan jawaban.
Sementara itu, Reno Affrian, Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIA Amuntai meminta PT Conch bisa bertanggung jawab terhadap kerusakan jalan di HSU. Dia mendesak pemerintah daerah, dan dewan legislatif serius memperhatikan ini. "Sebagai akademisi kami mengedepankan solusi perbaikan lebih dulu," tegasnya.
Dinas PUPRP Kabupaten HSU melalui Kabid Bina Marga Rahmani mengatakan perbaikan jalan nasional adalah domain Satuan Kerja Balai Jalan."Untuk sistem tambal sulam sudah ada pihak kontraktor yang ditunjuk pihak balai jalan, menanggulangi jalan yang rusak ditimbulkan angkutan bertonase berat," sampai Rahmani.
Di Hulu Sungai Selatan, angkutan berat juga meninggalkan bekas kerusakan. Kabid Bina Marga HSS Isnaniah mengatakan jalan nasional yang rusak terdapat di ruas jalan lingkar Kandangan simpang Hamalau-Teluk Pinang-HM Yusi.
“Sebagian sudah ditindaklanjuti dengan dilakukannya penanganan melalui pemeliharaan rutin. Semoga tahun depan ada penanganan mayor di lokasi tersebut,” katanya.
Akui Jalan Alternatif Mudah Rusak
SEMENTARA ITU, Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah XI Banjarmasin mengakui banyak titik kerusakan jalan di kawasan Banua Anam, khususnya di wilayah Amuntai, Balangan dan Tabalong.
Padahal, tahun ini pihaknya sudah menggelontorkan anggaran yang tak sedikit untuk melakukan perawatan jalan di sana. Nilainya sekitar Rp40 miliar. “Tahun depan pun ruas jalan Amuntai sampai Pantai Hambawang akan ditangani dengan anggaran sekitar Rp32 miliar,” beber Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional Wilayah XI Banjarmasin, Syauqi Kamal kemarin.
Dikatakannya, rusaknya beberapa ruas jalan Amuntai, Tabalong dan sebagian Hulu Sungai Tengah (Pantai Hambawang) lantaran jembatan Sungai Paringin yang mengalami kerusakan sedang diperbaiki. Otomatis, angkutan pun melintas di jalan alternatif ini. “Memang kondisi jalan alternatif ini strukturnya mudah rusak," katanya seraya menambahkan jalan ini sebelumnya jalan provinsi yang dilimpahkan status menjadi jalan nasional.
Terlebih tambahnya, jalan ini sebelumnya tak pernah dilalui oleh angkutan dengan tonase besar. Setelah angkutan lewat dampak jembatan diperbaiki. Akhirnya, jalan pun mudah mengalami kerusakan. “Dulunya tak masalah,” terang Syauki.
Dia berharap, jalan yang mengalami kerusakan ini tak semakin parah. Yang nantinya membuat penanganan semakin rumit. “Titik di ruas jalan Amuntai-Pantai Hambawang mulai banyak yang terlihat rusak. Semoga saja jalan yang sudah ditangani ini tak rusak lagi,” imbuhnya.
Sementara, untuk jalan provinsi yang mengalami kerusakan di kawasan ini terdata sekitar 300 meter di ruas Jalan Lampihong-Mantimin. Sedangkan di ruas Jalan Amuntai-Lampihong, Balangan titik kerusakan jumlahnya puluhan. “Memang yang paling parah di Lampihong-Mantimin,” sebut Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Kalsel, Yasin Toyib kemarin.
Dia mengungkapkan, tahun depan titik jalan yang mengalami kerusakan ini akan ditangani.. “Tahun depan kami prioritaskan,” tandasnya. (why/ibn/mar/shn/mof/ran)