BANJARMASIN - Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin berencana menambah panjang dermaga apung di Pasar Terapung Siring Piere Tendean.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin Ikhsan Alhak membenarkan adanya rencana itu. Namun, pihaknya masih memperhitungkan biaya, hingga berapa panjang tambahan dermaga apung yang diharapkan mampu menambah daya tarik wisata andalan. "Pak wali kota juga berkeinginan merevitalisasi kawasan ini," ucapnya, belum lama ini.
Seperti diketahui, saat ini dermaga apung dibuat dengan bahan rakit bambu dan kubus apung.
Ketika disinggung bakal menggunakan bahan apa, Ikhsan mengaku dalam pembuatan dermaga apung tambahan nanti, pihaknya bakal memakai bahan kombinasi kayu ulin dan drum plastik.
"Lantainya dari kayu ulin dan bagian bawahnya yang semula dari kumpulan bambu kita ubah dengan drum plastik," ungkapnya.
Bukan tanpa alasan, Ikhsan mengaku jika dermaga tambahan masih menggunakan bahan bambu sebagai bagian bawahnya, akan memakan biaya yang lumayan besar untuk perawatan di setiap tahunnya.
"Sedangkan bila memakai kubus apung seperti yang ada ini, biayanya juga sangat besar. Tahun 2016 paket pembangunan dermaga apung ini membutuhkan biaya sekitar Rp 5 miliar," jelasnya.
"Nanti kami akan mengajukan biaya untuk pembuatan penambahan dermaga apung itu. Walau pun tidak persis sama dengan dermaga yang sudah ada," janjinya.
Disinggung terkait fungsi dan kegunaan penambahan dermaga apung, Ikhsan mengaku akan merembukkannya lebih jauh. "Apakah nanti diperuntukkan untuk PKL atau digunakan untuk hal lain, itu masih kami rembukkan," tutupnya.
Diwartakan sebelumnya, Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengatakan, keberadaan dermaga apung bagi pengguna transportasi sungai memang sangat penting.
Tidak hahya untuk menurunkan atau menaikkan penumpang dan barang, namun fasilitas tersebut dinilainya memiliki nilai tersendiri bagi Kota Banjarmasin yang dikenal sebagai Kota Seribu Sungai.
Untuk itu, ia pun lantas menginginkan agar dermaga apung diperpanjang lagi. Rencana tersebut tidak akan menghilangkan estetika dari khas masyarakat Banjar. Namun, tetap dipertahankan. "Walau pun itu akan memakan biaya yang agak tinggi untuk pemeliharaan," ucapnya. (war)