BANJARMASIN - Ada yang berbeda pada hiasan ornamen gedung Balai Kota Banjarmasin. Di tiap tiang utama, khususnya di bagian depan alias lobi balai kota, dipasangi ukiran ornamen khas Banjar.
Ukiran berbahan kayu ulin itu juga dibaluri cat berwarna kuning keemasan. Digadang-gadang, ini akan menambah daya tarik bagi siapa pun yang bertandang ke balai kota.
Kepala Bagian Umum di Sekretariat Daerah Kota Banjarmasin Yusna Irawan membeberkan, setidaknya ada dua jenis ukiran khas Banjar pada ornamen yang digunakan.
Ukiran berbentuk tajau dan daun jaruju yang diletakkan pada posisi bawah tiang. Kemudian di bagian atas, ada ukiran mirip tameng khas suku Dayak namun berukir pucuk rebung.
Menurut Yusna, kedua ukiran itu mengadopsi ukiran yang terdapat pada rumah khas Banjar zaman dahulu.
"Kemudian, diaplikasikan, karena gedung ini sendiri bentuknya juga menyerupai rumah Banjar," jelasnya, Senin (20/12) siang.
"Penambahan ukiran ornamen ini juga untuk melengkapi kekhasan Rumah Banjar. Soalnya, bagian atap gedung balai kota, sudah menggunakan ornamen zamang ukiran daun sirih," lanjutnya.
Disinggung terkait total biaya yang digelontorkan untuk pemasangan ukiran ornamen itu, Yusna menyebut kisaran lebih dari Rp 100 juta.
Lantas, apakah pemasangan ornamen berupa ukiran kayu itu berkonsultasi dengan ahli budaya? Terkait hal itu, Yusna mengakui bahwa pihaknya tidak melakukan konsultasi.
Namun menurut Yusna, para pengrajin yang langsung menilai dan menjelaskan, bahwa jenis ukiran ornamen itu sering digunakan di bangunan-bangunan rumah Banjar tempo dulu.
"Sebelumnya, kami juga sudah melakukan diskusi ringan dengan pak wali kota. Beliau tidak mempermasalahkannya, selama tujuannya untuk memperkuat kekhasan rumah Banjar," ungkapnya.
Ia menepis anggapan jika keberadaan ukiran ornamen yang dipasang di Balai Kota Banjarmasin itu meniru gaya perkantoran daerah tetangga. Misalnya, di Provinsi Kalimantan Tengah.
"Kami tidak meniru daerah lain. Karena kita memiliki konsep rumah adat masing-masing," pungkasnya. (war)