BANJARMASIN - Kenaikan gas LPG non subsidi diprediksi bakal menimbulkan dampak beruntun. Salah satunya, warga yang tadinya memakai gas non subsidi akan beralih ke gas bersubsidi.
"Dapat diprediksi, sudah ada yang berpikir bagaimana caranya bisa membeli tabung tiga kilogram bersubsidi," kata Ketua Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) Kalsel, Ahmad Murjani, (27/12).
Padahal, gas bersubsidi adalah jatah warga miskin. Bukan untuk semua orang. Selama ini, tabung melon itu sudah cukup bermasalah. Kerap langka, dilangsir dan mahal. Intinya, penyalurannya tidak tepat sasaran.
Imbas tak langsung, pemilik warung kecil akan turut menaikkan harga jualnya. "Lagi-lagi yang terbebani adalah masyarakat," sebutnya.
Bila kenaikan itu tak mungkin dibatalkan, setidaknya pemerintah mampu menjamin distribusi di lapangan lancar dan stok barangnya mencukupi.
"Sekarang, kita tinggal berharap bahwa pemakai gas non subsidi takkan beralih ke gas bersubsidi," tutupnya.
Perlu diketahui, Pertamina resmi menaikkan harga elpiji non subsidi secara bertahap sebesar Rp1.600 sampai Rp2.600 per kilogram sejak Sabtu (25/12) lalu. Alasannya, terjadi lonjakan harga gas di pasar dunia. (gmp/fud)