Pasar Terapung di dermaga Siring Pierre Tendean berhenti beroperasi. Lantaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisat Banjarmasin sudah kehabisan anggaran.
****
BANJARMASIN - Semua orang Banjar mengetahui, Pasar Terapung yang asli berada di muara Sungai Kuin.
Pemko kemudian membuat versi "tandingan" di kawasan siring tepian Sungai Martapura. Alasannya, lebih dekat dan mudah dijangkau wisatawan.
Sejak itu, Pasar Terapung yang melegenda di Kampung Kuin pun mati suri.
Sementara penggantinya di pusat kota, masih kalah pamor dengan Pasar Terapung di Desa Lokbaintan, Kabupaten Banjar.
Persoalannya, meski Siring Pierre Tendean menjadi ramai, pasar ini sangat tergantung pada anggaran pemko.
Saban akhir pekan, pemko harus menyewa jasa pedagang dari Lokbaintan. Jumlahnya tak sedikit, antara 60 sampai 75 pedagang didatangkan. Tentu perlu ongkos.
Kepala Disbudpar Banjarmasin, Ikhsan Alhak menyatakan, terpaksa Pasar Terapung di siring ditutup karena anggaran operasionalnya sudaha habis. Setidaknya sampai beberapa bulan ke depan.
"Sampai tahun 2022, kita lihat saja nanti, apakah anggarannya tersedia atau tidak," ujarnya, Senin (27/12).
Ikhsan memberikan gambaran. Seorang pedagang menerima Rp100 ribu untuk biaya transport. Maka, jika ada 50 pedagang saja selama Sabtu dan Minggu, pemko harus mengeluarkan Rp10 juta.
Jika dihitung-hitung, dalam setahun setidaknya harus digelontorkan Rp520 juta atau setengah miliar lebih.
"Belum tahu kapan anggarannya bisa turun. Tapi kemungkinan di bulan Februari atau Maret," tambahnya.
"Kecuali bila pedagang bersedia tak dibayarkan insentifnya," tambahnya.
Dikonfirmasi kemarin (28/12), Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina sempat tak mengetahui masalah ini. Tapi ia bisa memaklumi, lantaran sudah akhir tahun dan ada refocusing APBD untuk penanganan pandemi.
Padahal, sudah selama beberapa pekan terakhir pemko menggelar simulasi untuk pembukaan objek wisata di siring.
"Hanya uji coba. Itu pun dibantu pihak ketiga. Karena disbudpar sudah menyampaikan ketiadaan anggaran," jelasnya.
"Tetapi karena ada desakan dari pedagang dan masyarakat yang menginginkan kawasan wisata dibuka, ya kami coba carikan sponsornya," lanjutnya.
Disinggung mengapa tak merelokasi pedagang dari Muara Kuin saja, ketimbang jauh-jauh ke Lokbaintan, Ibnu menyebut pilihan itu mudah.
Dia justru lebih tertarik untuk menghidupkan Pasar Terapung yang lama.
Pemko pernah mencobanya dengan menggeser pasar ke dermaga seberang Makam Sultan Suriansyah di Jalan Kuin Utara. Masih di Sungai Kuin, tapi lebih mudah dijangkau pelancong.
"Tiga kelurahan di Kecamatan Banjarmasin Utara sudah bersepakat menjalankannya. Responsnya juga bagus. Tapi pandemi membuatnya ditutup lagi," keluhnya.
Sekarang, ia meminta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Siring untuk lebih berperan. Apalagi wewenangnya sudah diperluas menjadi UPT Pariwisata.
"Kalau misalkan ada keinginan untuk menghidupkan lagi Pasar Terapung, saya lebih menyukai yang berada di Muara Kuin. Karena lebih asli," pungkasnya. (war/fud)