BANJARMASIN - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalsel mengadakan bincang santai pada acara NGOPI COI (Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia). Yang diulas adalah masalah pencegahan terorisme di Banua.
Ketua FKPT Kalsel, Aliansyah Mahadi menyampaikan, teroris memanfaatkan waktu dan kesempatan sekecil apapun untuk bergerak.
"Mereka semacam bunglon yang bisa berubah warna dan bentuk," ujarnya kemarin (29/12).
Menurutnya, alih-alih kuno, model keamanan di zaman dahulu terbukti efektif. "Demi menjaga kedamaian, mulai sekarang aktifkan lagi siskamling dan kewajiban melapor 1x24 jam bagi pendatang," sarannya.
Ditekankannya, anak muda adalah yang paling rentan terpapar paham radikal. Mengingat mereka tak bisa lepas dari media sosial.
"Contoh, kalau anak kita berlama-lama di dalam kamar, perlu diperhatikan. Jangan biarkan saja mengurung diri. Karena dalam hitungan jam, para mentor teroris bisa mencuci otak mereka," jelas Mahadi.
Terlebih di tengah pandemi COVID-19 yang serba daring. "Target mereka memang anak muda. Yang mencari sensasi atau pemahaman agama dangkal," tambahnya.
Secara data, potensi radikalisme di Kalsel berada di kategori waspada menuju aman atau berada di angka 10,4 persen.
"Untuk angka keberagamaan atau kebhinekaan berada pada angka 84,8 persen. Dan itu bagus karena artinya masyarakat Kalsel secara umum bisa menerima keberagaman," tutupnya. (lan/fud)
