Filosofi di Balik Karya, Tembus Mancanegara

- Sabtu, 5 Februari 2022 | 11:46 WIB
RAMAH LINGKUNGAN: Pendiri Kriya Katupat, Elisa R Suryanah (40), memamerkan beberapa produk andalan berjenis ecoprint di galerinya. Kain yang diberi motif dari daun asli ini sangat disukai tak hanya pembeli lokal tetapi juga turis mancanegara. | FOTO: TIA LALITA NOVITRI/RADAR BANJARMASIN
RAMAH LINGKUNGAN: Pendiri Kriya Katupat, Elisa R Suryanah (40), memamerkan beberapa produk andalan berjenis ecoprint di galerinya. Kain yang diberi motif dari daun asli ini sangat disukai tak hanya pembeli lokal tetapi juga turis mancanegara. | FOTO: TIA LALITA NOVITRI/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN – Rubrikasi Female di Harian Radar Banjarmasin memang bukan hal yang baru. Kami coba hidupkan kembali konsep halaman ini. Lewat perbincangan santai, bersama perempuan-perempuan hebat asal Banua yang konsisten dengan visi misinya. Pendiri Kriya Katupat, Elisa Rahmawati Suryanah (40), salah satunya.

Q: Tak kenal maka tak sayang. Siapakah Elisa R Suryanah?
A: “Saya bisa dibilang socialpreneur. Berdarah Banjar, yang dibesarkan di Surabaya hingga masa SMA. Kembali ke Banua sejak tahun 2000 dan menempati rumah peninggalan orang tua di Kampung Katupat, Jalan Sungai Baru, Kota Banjarmasin”.

Q: Kenapa tertarik menggeluti dunia bisnis kerajinan?
A: “Bermula dari hobi menggambar, saya tertarik untuk ikut pelatihan pembuatan sasirangan pada 2017. Disamping itu, saya ingin mencari kesibukan, diluar kewajiban utama saya sebagai ibu dari tiga orang anak.

Q: Apa itu Kriya Katupat?
A: “Mulanya perkumpulan para ibu-ibu sekitaran Sungai Baru yang mau belajar bersama tentang kerajinan tangan (kriya). Sehingga menjadi UMKM pada 2018, dan berbadan hukum sejak 2020. Kini menjadi koperasi, dengan memberdayakan pengrajin tak hanya dari Banjarmasin, tetapi juga Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Barito Kuala”.

Q: Apa visi misi yang dibawa oleh Kriya Katupat?
A: “Mengedukasi dan berkarya. Memberdayakan para ibu-ibu rumah tangga tanpa batas usia, single parent, anak putus sekolah, anak jalanan, kawan-kawan disabilitas dan sebagainya. Dengan cara konsisten mengembangkan pelatihan-pelatihan pembuatan kerajinan tangan secara cuma-cuma”.

Q: Bagaimana respons masyarakat terhadap kehadiran Kriya Katupat?

A: “Alhamdulillah, banyak yang mau belajar bersama di sini, bahkan dari nol sama sekali. Modal utama kita adalah kemauan”.

Q: Berapa orang pengrajin dan peserta yang pernah dilatih di perkumpulan ini?
A: Sebanyak 65 pengrajin tetap tergabung di Kriya Katupat. Sementara itu, kurang lebih 500 peserta pernah bergabung dalam pelatihan gratis kami, sejak 2018.

Q: Apa saja karya yang dihasilkan?
A: “Dengan mengangkat isu ramah lingkungan, sasirangan pewarna alam dan ecoprint menjadi produk unggulan kami. Keduanya sama-sama berbahan dasar alami sebagai pembuat warna dan motif. Sebut saja seperti sisa kayu ulin, kunyit, kulit rambutan, daun betadine, daun kenikir, daun jarak, daun red panama dan masih banyak lagi”.

Q: Apa kelebihan produk unggulan tersebut?
A: “Warna dan motifnya lebih alami. Cenderung lebih soft ketimbang pewarna tekstil, sehingga tampak elegan. Juga minim risiko terhadap kesehatan. Produk ramah lingkungan seperti ini juga berpeluang besar hingga pangsa pasar internasional”.

Q: Mengapa demikian?
A: Karena orang luar negeri cenderung selektif terhadap produk yang menghasilkan limbah terhadap lingkungan. Mereka juga sangat mengapresiasi cerita di balik pembuatan sebuah karya. Jadi tak sekadar kain sasirangan yang kami jual, tetapi juga filosofi dan proses di balik pembuatannya”.

Q: Berapa harga jual kain sasirangan di Kriya Katupat?
A: “Mulai dari puluhan ribu untuk kain sasirangan pewarna tekstil. Hingga Rp2 juta untuk sasirangan pewarna alam premium dengan motif eksklusif. Biasanya hanya dibuat satu hingga dua lembar saja. Salah satunya seperti kain sasirangan yang mengangkat konsep cerita rakyat Kalsel Lok Sinaga dan flora fauna”.

Q: Di mana saja produk ramah lingkungan Kriya Katupat dapat ditemukan?

A: “Galeri utama Kriya Katupat Sungai Baru, Dekranasda Kota Banjarmasin, Rumah Sasirangan Kreatif di Jalan A Yani KM 3,5, Pusat Suvenir SMESCO Jakarta, dan Sentra Suvenir Sarinah Jakarta”.

Q: Bagaimana animo masyarakat terhadap produk Kriya Katupat?
A: “Sangat positif. Selain dibeli masyarakat, produk kami juga pernah dipakai oleh desainer Poppy Darsono dan Kursien Karzai. Kriya Katupat juga mulai memasuki pangsa pasar internasional. Melalui perantara seperti Sentra Suvenir Sarinah, 10 kain unggulan ecoprint kami dibawa hingga ke Amerika Serikat dan laku semua. Turis dari Australia, Belanda, Jepang juga pernah datang langsung kemari”.

Q: Apa harapan ke depannya?
A: “Semoga punya counter di beberapa kota besar seperti Bali, Jakarta, Surabaya, dan Yogjakarta. Sehingga tidak hanya merajai kandang sendiri, tapi merambah ke kota lain, bahkan negara lain. Tak ada salahnya bermimpi besar bukan? Karena Galeri Kriya Katupat yang ada saat ini juga dulunya berawal dari mimpi”. (tia)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X