Bangga Jadi Cucu Perancang Kota Banjarbaru

- Senin, 7 Maret 2022 | 11:06 WIB
Maria Louise Yosephine
Maria Louise Yosephine

Rasa syukur dipanjatkan Maria Louise Yosephine, ketika Kota Banjarbaru ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Ini menurutnya sesuai dengan rencana kakeknya: Dirk Andries Willem Van Der Pijl.

***

Maria Louise sendiri merupakan anak dari Marijke Elizabeth. Sedangkan Marijke adalah anak bungsu perancang Kota Banjarbaru, Van Der Pijl.  

Meski kakeknya seorang arsitek, namun wanita kelahiran Banjarmasin, 19 Februari 1983 ini memilih menjadi seorang dokter. Tepatnya spesialis penyakit dalam. Kini dia bertugas di RSD Idaman Banjarbaru. “Kesibukan sekarang visit pasien di ruang rawat inap dan bila jadwalnya bertugas di poli, ya saya bertugas di poli. Selebihnya mengurus anak,” kata Maria saat dihubungi di sela kesibukannya, kemarin.

Walaupun menjadi dokter, lulusan pendidikan dokter spesialis 1 penyakit dalam di Universitas Airlangga ini tetap melihat perkembangan pembangunan di Banjarbaru. Menurutnya, Kota Banjarbaru sudah sangat berkembang saat ini. “Kota tampak tertata rapi. Termasuk taman-taman kota dan fasilitasnya,” ujarnya.

Apalagi ketika Pasar Bauntung dipindahkan ke tempat baru, dia menyebut, kota semakin tertata dengan rapi. “Tinggal pasar yang lama, bisa direncanakan dan dimanfaatkan lagi sesuai dengan apa yang kira-kira diperlukan untuk membuat Kota Banjarbaru lebih maju lagi,” sebutnya.

Untuk pembangunan lingkup se-Kalsel, menurut Maria sarana jalan raya antar kabupaten/kota perlu diperbaiki lagi. “Biar lebih memudahkan akses masyarakat,” ujarnya. Di samping itu, dia menyebut, perbaikan kondisi drainase juga diperlukan. Agar ketika hujan deras tidak terjadi banjir yang terlalu parah dan menyulitkan masyarakat.

“Tapi kalau jalan dan drainase sudah diperbaiki, masyarakat jangan membuang sampah sembarangan ke selokan lagi. Ini bentuk sinergi antara pemerintah dan masyarakat,” sebutnya. Disinggung terkait dipindahnya Ibu Kota Provinsi Kalsel dari Banjarmasin ke Banjarbaru, Maria menuturkan, hal itu memang sesuai dengan rencana kakeknya, Van Der Pijl dulu. “Sama seperti Palangkaraya desainnya. Karena kontur tanah di Banjarbaru ini bagus,” tuturnya.

Ditambahkannya, akan tetapi dulu konsep pusat kota di Banjarbaru ada di Lapangan Murjani. Bukan di Jalan Dharma Praja, Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka yang sudah dibangun saat ini. “Dengan pindahnya Ibu kota, ikut banggalah saya sebagai cucu dari tokoh yang merancang Kota Banjarbaru,” tambahnya.

Berbicara Banjarbaru memang tak bisa dilepaskan dari sosok Van der Pijl, arsitek kelahiran Kota Brakel, Gelderland, Belanda.Pada tahun 1953, dia digandeng Gubernur Provinsi Kalimantan, dr Murjani untuk merancang ibu kota baru yakni Banjarbaru.

Saat itu kawasan Banjarbaru dikenal dengan nama Gunung Apam yang masuk wilayah anak Kampung Guntung Payung, Kampung Jawa, Kecamatan Martapura. Gunung Apam adalah puncak perbukitan yang berada di lintasan Banjarmasin-Martapura.

Kala itu Gunung Apam menjadi daerah peristirahatan buruh-buruh penambang intan, yang menambang di pertambangan intan daerah Cempaka. Nama Banjarbaru dicetuskan oleh dr Murjani yang berarti kota baru di wilayah Banjar. Sebutan Banjarbaru akhirnya melekat di masyarakat hingga sekarang. (ris/by/ran)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X