Seiring melandainya pandemi, aktivitas masyarakat tak lagi dibatas-batasi. Tapi objek wisata di Kota Banjarmasin masih saja sepi. Contoh saat Radar Banjarmasin Selanjung Sungai Biuku. Lokasinya di RT 39 Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara. Bahkan tujuan wisata ini tampak tidak terurus. Seolah sudah lama tak dijamah. Ada banyak wahana bermain yang rusak. Ilalang juga tumbuh di mana-mana.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Biuku, Didi Wahyudi mengatakan ini terjadi sejak PSBB dan PPKM diterapkan. Diperparah oleh banjir besar pada awal tahun 2021 lalu. Banyak spot andalan yang rusak diterjang bencana.
“Dampaknya sangat terasa, pengunjung turun drastis. Berdampak pada kerusakan fasilitas di sini,” ujarnya (17/5). Kerusakan terjadi di pionering jembatan, dermaga jukung, pionering robot, pionering ayunan, pionering patung jerapah, kincir angin, hingga flying fox.
Tidak adanya pemasukan dari wisatawan, terpaksa banyak menggunakan dana pribadi pengelola. Termasuk perawatan maskot berupa hewan biuku. Mengingat reptil itu memerlukan pakan. Didi sudah melaporkan kondisi tersebut kepada Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Banjarmasin. Namun hanya direspons dengan pendataan saja.
“Dinas cuma mendata apa saja yang rusak. Sementara bantuannya belum ada,” kisahnya. “Kepala dinas pernah datang ke sini, beliau memberi saran agar kami menggelar event lomba untuk memberitahu masyarakat bahwa Sungai Biuku masih dibuka,” ujarnya. Namun, Didi menolaknya. Sebab bertentangan dengan identitas Salanjung Sungai Biuku yang mengandalkan daya tarik alam.
Keluhan ini rupanya sudah sampai ke telinga wakil rakyat. Wakil Ketua DPRD Banjarmasin, Muhammad Yamin menyatakan pemko harusnya memiliki perencanaan matang ketika membentuk destinasi wisata baru.
“Seperti Selanjung Sungai Biuku ini. Awalnya setelah diresmikan digadang-gadang bakal menarik banyak wisatawan. Ternyata malah begini,” cecarnya.
Dia meminta pemko berbenah. Diawali oleh kunjungan wali kota ke sana, guna melihat langsung keadaan Sungai Biuku. “Apa saja keluhan warga di sana? Alangkah baiknya didengar. Kalau memang rusak, ya perlu diperbaiki,” sarannya. “Konsepnya juga harus jelas. Yang sudah ada kalau perlu dievaluasi. Jangan sekadar meresmikan, lalu tiba-tiba menghilang,” pungkasnya. (war/az/fud)