Bukan Hanya Sapi, Isu Wabah PMK juga Berimbas ke Penjualan Kambing

- Sabtu, 28 Mei 2022 | 12:53 WIB
JADI MAHAL: Pelarangan pemasokan hewan ternak dari Jatim berdampak pada penjualan kambing di Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
JADI MAHAL: Pelarangan pemasokan hewan ternak dari Jatim berdampak pada penjualan kambing di Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

 Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi ternyata berdampak pada penjualan kambing dan domba di Kota Banjarmasin. Seperti yang diungkap pedagang kambing di Jalan RK Ilir Kecamatan Banjarmasin Selatan, H Syamsidi. Dirinya kini tak lagi bisa mendatangkan kambing, domba, dan kerbau dari Provinsi Jawa Timur. Padahal selama ini ia tergantung dari pasokan di sana. 

“Mau bagaimana lagi. Kami tidak bisa bekerja kalau terus begini,” ujarnya (27/5).

Pemko menerbitkan larangan pasokan hewan ternak dari Jatim untuk mencegah wabah meluas. Sebelum ada PMK, ia bisa memasok seribu ekor kambing per pekan dari Madura.

Praktis, dia kini tergantung pada kambing lokal asal Kabupaten Tanah Laut. “Tapi jumlahnya sedikit. Paling banyak 10 hingga 20 ekor sepekan. Makanya kandang-kandang milik saya kini banyak kosong,” tambahnya. Stok terganggu, otomatis harganya naik. Disebutkan Syamsidi, semula per ekor dipatok Rp2 juta. Sekarang sudah Rp3 juta. “Bahkan bisa Rp3,5 juta per ekor,” keluhnya.

Sekarang, Syamsidi hanya bisa berharap. Wabah ini lekas usai. Sebelum ia keburu gulung tikar. “Kalau seperti ini terus, kami bingung bagaimana menghadapinya,” pungkasnya. (war/az/fud)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Kerja Sama dengan SRC

Jumat, 29 Maret 2024 | 14:49 WIB

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB
X