Harga Cabai Naik, Penjual Makanan Panas Dingin

- Selasa, 7 Juni 2022 | 11:20 WIB
HARGA NAIK: Pedagang cabai rawit di Pasar Keramat Barabai, Hulu Sungai Tengah, (5/6). Foto: JAMALUDDIN/RADAR BANJARMASIN
HARGA NAIK: Pedagang cabai rawit di Pasar Keramat Barabai, Hulu Sungai Tengah, (5/6). Foto: JAMALUDDIN/RADAR BANJARMASIN

Kenaikan harga cabai membuat penjual makanan pedas berkeringat. Bagaimana agar tetap untung, meski modal bertambah. Contoh di warung makan ayam geprek di Jalan Ahmad Yani km 35 Banjarbaru ini. Agar pelanggan tidak kabur, harga lama dipertahankan.

“Takut pembeli berkurang. Malah semakin rugi,” kata Raya, karyawan rumah makan, (5/6). Apakah masih untung? Ada, jawabnya, walaupun sedikit. Di sini, satu porsi ayam geprek tanpa dijual Rp18 ribu. “Kalau tambah nasi, menambah Rp5 ribu,” sebutnya.

Sama halnya dengan warung ayam geprek di Jalan Guntung Manggis, Banjarbaru. Mereka juga enggan menaikkan harga. Sekalipun harga cabai semakin pedas saja. “Masih Rp12 ribu seporsi,” kata penjualnya, Rahmad. Dia rupanya sudah terbiasa. Dia yakin harga cabai akan kembali normal. “Sudah biasa harga cabai naik lalu turun lagi,” ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani membenarkan kenaikan harga tersebut. “Untuk cabai rawit lokal, biasanya hanya Rp80 ribu per kilogram. Kini menjadi Rp90 ribu sampai Rp100 ribu,” ucapnya. Ditanya penyebab, kenaikan harga dipicu tingginya biaya produksinya. “Akibat kenaikan harga pupuk dan biaya angkutan,” sebutnya.

Untuk kembali menormalkan harga cabai, dia mendorong pedagang besar agar mendatangkan suplai dari luar Kalsel, seperti Jawa Timur dan Sulawesi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Tidak tergantung pada stok lokal. “Karena kalau stoknya melimpah, harga cabai kemungkinan bisa stabil,” pungkasnya.

Sebiji Cabai 100 Rupiah

Di Kabupaten Hulu Sungai Utara, harga cabai naik dua kali lipat. Ilin, pedagang sayur yang berkeliling dari rumah ke rumah di Amuntai, sekarang menjual cabai rawit dalam kemasan kecil seharga Rp2 ribu per bungkus. Atau, Rp100 per biji cabai! “Sebungkus isinya 20 biji. Dulu harganya cuma seribu,” sebutnya.
“Saya beli Rp10 ribu per ons. Lalu dipecah-pecah ke bungkus kecil untuk dijajakan perumahan-perumahan,” tambahnya. “Harga di pasar induk juga sudah mahal. Makanya harus dinaikkan agar untung,” tutupnya. Beralih ke Kabupaten Hulu Sungai Tengah, harga cabai rawit sudah tembus Rp90 ribu per kilogram. Itu harga partai. Kalau di pengecer, sudah Rp100 ribu.

“Sebelumnya berkisar antara Rp60 ribu sampai Rp70 ribu,” kata Anwar, pedagang di Pasar Keramat Barabai, kemarin. “Jadi mahal karena stoknya sedikit. Begitu sampai, langsung rebutan dengan pedagang lain,” sambungnya. Selain cabai, harga bawang merah juga melonjak. Antara Rp40 ribu sampai Rp48 ribu per kilogram. “Biasanya Rp20 ribu, paling mahal Rp30 ribu,” timpal Jumriah, pedagang lain.

Harga tomat juga sudah naik nyaris 100 persen. Sekarang Rp18 ribu per kilogram. “Gara-gara permintaan bertambah sementara stoknya menipis,” pungkasnya. (ris/mar/mal/gr/fud)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X