Nursidah pun terpaksa harus menaikkan harga jual ayam potong. “Sebelumnya biasanya saya jual ayam Rp40 ribu per ekor, sekarang terpaksa saya jual Rp50 ribu sampai Rp65 ribu per ekor,” ujarnya. Menurut penuturannya, harga jual yang tinggi ini disebabkan karena harga pakan ternak yang mahal. Sehingga berpengaruh pada harga jual ayam di peternakan. “Harga pakan ayam setahu saya memang lagi mahal sekarang ini, sekitar Rp15 ribu per kilogram,” bebernya.
Kendati harga mahal, minat konsumen membeli ayam potong masih tinggi. Nursidah juga terbantu dengan adanya pelanggan tetap, sehingga lapaknya tidak sepi. “Tetap beli meski mahal, karena pelanggan saya kebanyakan adalah para pengusaha rumah makan. Mereka memerlukan ayam potong antara tiga ekor hingga sepuluh ekor per hari,” ucapnya.
Salah seorang konsumen, Fitri (35) mengaku sedikit kerepotan dengan naiknya harga ayam potong. Pedagang nasi campur di Sungai Lulut ini mengaku harus menaikkan harga jual karena modal yang dikeluarkan ikut terkerek kenaikan harga ayam potong. “Harga-harga bahan pokok naik, mau tidak mau saya naikkan juga harga jual nasi campur di warung saya,” tuntasnya.(tia/oza)