“Turun 8,39 persen dibandingkan ekspor April yang mencapai USD1,35 miliar,” katanya. Pada urutan kedua ada kelompok lemak dan minyak hewan/nabati yang menyumbang USD34,05 juta. “Nilainya juga turun. Yakni 36,51 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD53,63 juta,” lanjutnya.
Kemudian di urutan ketiga ada kelompok kayu dan barang dari kayu, nilai ekspornya USD17,53 juta. Turun 56,56 persen dibandingkan ekspor April sebesar USD40,37 juta.
Barang terbesar keempat penyumbang ekspor adalah kelompok karet dan barang dari karet sebesar USD13,31 juta. Turun 18,77 persen. “Lalu kelima, kelompok berbagai produk kimia. Nilainya USD5,54 juta. Turun 72,11 persen,” papar Yos.
Berdasarkan kontribusinya terhadap total ekspor Mei 2022, kelompok bahan bakar mineral memberikan kontribusi terbesar yaitu 94,07 persen. Diikuti kelompok lemak dan minyak hewan/nabati. Serta kelompok kayu dan barang dari kayu. Dengan kontribusi masing-masing 2,59 persen dan 1,33 persen.
Berikutnya di urutan keempat dan kelima, kelompok karet dan barang dari karet menyumbang 1,01 persen dan kelompok berbagai produk kimia menyumbang 0,42 persen.
Yos menjelaskan, peranan ekspor kelima kelompok barang itu pada Mei mencapai 99,44 persen dari total ekspor Kalsel dengan nilai sebesar USD1,30 miliar.
Jika dilihat menurut negara tujuan, nilai tertinggi dipegang India dengan USD423,52 juta. “Mengalami kenaikan sebesar 94,43 persen dibanding ekspor April yang hanya USD217,83 juta,” ujarnya.
Di urutan berikutnya ada Tiongkok. Sebesar USD286,42 juta atau turun 42,08 persen. Selanjutnya, Malaysia dengan nilai USD124,85 juta. Turun sebesar 20,69 persen. “Di urutan keempat dan kelima, ekspor ke Jepang sebesar USD108,49 juta dan ke Filipina sebesar USD103,66 juta,” papar Yos.
Jika ditotal, mencapai USD1,05 miliar. Turun sebesar 5,12 persen. “Kontribusi kelima negara ini sebesar 79,71 persen terhadap total ekspor Mei,” ucapnya.
Sementara untuk impor, kelompok barang dengan nilai tertinggi masih bahan bakar mineral. Nilainya USD65,33 juta.
Dijumlahkan mencapai USD73,32 juta dengan kontribusi sebesar 98,63 persen dari total impor. “Tapi turun sebesar 28,56 persen,” bebernya.
Mengacu negara asal, tertinggi dari Malaysia dengan nilai USD55,32 juta. Turun 30,28 persen. Diikuti impor dari Singapura yang mencapai USD12,16 juta. Lalu impor dari Perancis sebesar USD1,54 juta dan dari Jepang sebesar USD0,96 juta. Dari data-data itu, neraca perdagangan ekspor impor Kalsel pada Mei 2022 menunjukkan angka positif. Yaitu surplus sebesar USD1,24 miliar.
“Walaupun lebih kecil jika dibandingkan dengan neraca perdagangan ekspor impor April 2022 yang surplus sebesar USD1,40 miliar,” tuturnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani membenarkan turunnya nilai impor dan ekspor tersebut. Namun dia optimis, ekspor batubara dan sawit berpeluang naik. “Karena beberapa negara Eropa maupun Amerika, bahkan Asia melirik Indonesia sebagai sumber pembelian atau importir batu bara bagi negeri mereka,” katanya. (ris/gr/fud)