PPDB Online di Pelosok, Sudah Lemot, Ditembak Petir Pula

- Jumat, 1 Juli 2022 | 11:56 WIB
OPERATOR: Panitia PPDB di Batola bersiap di sekolah, membantu calon siswa yang hendak mendaftar. FOTO:
OPERATOR: Panitia PPDB di Batola bersiap di sekolah, membantu calon siswa yang hendak mendaftar. FOTO:

 Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online di SMAN 1 Tabukan di Kabupaten Barito Kuala terganggu. Gara-gara alat penguat sinyal internet di sekolah di Jalan Rumpun Bambu itu disambar petir. “Jaringan internet kami tidak bisa digunakan. Beberapa waktu lalu disambar petir,” kata panitia operator PPDB sekolah, Anwar.

Rabu (29/6) merupakan hari terakhir PPDB jenjang SMA dan SMK di Kalsel.   Kembali pada Anwar, mereka kemudian mengakali keadaan dengan mengandalkan WiFi ponsel. Ada tiga gawai yang diubah menjadi modem untuk komputer pendaftaran calon siswa.

“Tapi paket datanya disediakan oleh panitia. Tidak memakai kuota internet pribadi,” tambahnya. Sekolah ini berada di Desa Karya Makmur. Disebut pendaftaran daring sekalipun, sebenarnya tetap luring. Karena calon siswa tetap berdatangan ke sekolah untuk mendaftar.

“Berhubung sekolah kami berada di desa, hampir semua pendaftar mendatangi sekolah. Mereka membawa berkas-berkas persyaratan, kami yang membantu mengunggahnya,” ceritanya. Di luar persoalan teknis, SMAN 1 Tabukan juga kekurangan kuota untuk jalur afirmasi. Banyak calon murid dari keluarga miskin yang tak tertampung. Ada 40 pendaftar yang menggunakan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Sedangkan kuota yang tersedia hanya untuk 22 orang. “Akibatnya beberapa data calon siswa tidak terbaca. Sudah kami laporkan ke Dinas Pendidikan untuk penambahan kuota,” harap Anwar. 

Di SMAN 1 Jejangkit juga muncul masalah serupa. Lemotnya internet di pelosok, membuat calon siswa kesulitan mendaftar secara daring. Banyak pula yang memang tidak memiliki gawai.

Ditambah lagi dengan kebingungan dan ketidakpahaman di tengah orang tua atau wali calon murid. “Banyak yang kesulitan, rata-rata karena kurang memahami tata cara mendaftar online,” kata kepsek Kasmudin.

Panitia PPDB pun harus turun tangan untuk membantu dan mendampingi. “Di sini kami sediakan komputer untuk mereka yang hendak mendaftar,” lanjutnya.

Pada hari penutupan pendaftaran, sekolah yang berada di Jalan AMD Jejangkit Pasar ini menerima 51 anak. “Dari zonasi ada 37 pendaftar, jalur afirmasi 11 pendaftar, ditambah tiga pendaftar dari jalur prestasi,” rincinya. Keadaannya sedikit lebih baik di pusat kabupaten. Di SMAN 1 Marabahan, 75 persen calon siswa bisa mendaftar mandiri dari rumahnya.

“Sisanya, datang ke sekolah untuk meminta bantuan pendaftaran. Total ada 248 pendaftar di sini,” kata kepsek Rasyidi.
Dia menyebut dua persoalan. Pertama, proses unggah berkas yang lama dan sulit. Kedua, tidak semua calon siswa memiliki ponsel pintar.

Sementara di SMKN 1 Marabahan, PPDB berjalan lancar. “Di tempat kami banyak yang mendaftar mandiri. Tapi ada juga yang datang ke sekolah,” kata wakasek Fauriah. 

Kesusahan ini amat dirasakan oleh calon siswa. Contoh Fera Herliana yang baru lulus dari SMPN 3 Bakumpai. Tinggal di Desa Balukung, ia kesulitan mengakses internet.

“Formulirnya sudah diisi, tapi sulit sekali uploading-nya. Gagal terus, jaringannya berputar-putar,” keluhnya.

“Kadang hilang dan harus diulang lagi dari awal. Diklik lagi, gagal terus. Sama sekali tidak bisa,” sambungnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X