Investasi Kalsel Masih Didominasi Tambang

- Jumat, 8 Juli 2022 | 12:20 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kalsel melaporkan, investasi di Provinsi Kalsel pada triwulan I tahun 2022 mencapai Rp2,64 triliun.

Plt Kepala Dinas PMPTSP Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana menjelaskan, investasi di Banua masih didominasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp2,19 triliun.

Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) cuma Rp448,55 miliar. “Atau secara proporsional, PMDN sebesar 83,03 persen dan PMA 16,97 persen,” ujar Hanifah. Jika dilihat jumlah proyeknya, untuk PMA hanya sebanyak 88 proyek. Sementara PMDN sebanyak 869 proyek.

Sedangkan bila menengok sektornya, investasi PMA didominasi pertambangan dengan realisasi pada triwulan I sebesar Rp336,24 miliar. Disusul sektor transportasi gudang dan telekomunikasi Rp80,53 miliar, serta sektor tanaman pangan perkebunan peternakan sebesar Rp19,16 miliar.

Investasi PMA terbesar berasal dari negara Singapura, sebesar Rp1941,14 miliar. Disusul Malaysia Rp111,13 miliar dan Tiongkok sebesar Rp60,02 miliar. 

Beralih ke PMDN, Hanifah mengatakan, sektor paling paling banyak juga masih dari pertambangan. Yakni sebesar Rp1,5 triliun. Lalu disusul sektor tanaman pangan perkebunan dan peternakan senilai Rp212,31 miliar dan sektor industri makanan Rp151,89 miliar.

Terkait realisasi triwulan II, laporan yang disampaikan pelaku usaha masih diproses. Sehingga datanya belum ada.

“Kami sudah meminta kabupaten dan kota agar terlibat mengawasi dan memantau laporan realisasi penanaman modal. Me-review agar target-target investasi tahun ini dapat tercapai,” katanya.

Tahun ini ditarget sebesar Rp18,06 trilun. Karena bukan target yang mudah, maka semua harus bekerja ekstra.
“Masih banyak investor yang ingin mengembangkan usahanya di Kalsel, di antaranya pembangunan kilang minyak di Kabupaten Kotabaru dan pembangunan PLTB di Kabupaten Tanah Laut,” sebutnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Kalsel, Mahyuni menyatakan, demi hilirisasi industri, ada banyak investasi yang diperlukan. “Pertama-tama hilirisasi pengolahan karet. Seperti industri pengolahan ban dan pengolahan belt conveyor,” katanya.

Juga perlu industri hilirisasi sawit. Seperti pengolahan CPO menjadi oleo energi, oleo food dan oleo chemical. “Juga hilirisasi pengolahan tandan kosong sawit, pelepah dan batang menjadi pulp serta kertas pembungkus/karton,” jelasnya.
Sebagai daerah yang memiliki batubara melimpah, perlu pula mencari investasi untuk mengolah batubara menjadi barang jadi. Misalkan menjadi LPG atau polypropylene.

“Kalsel juga perlu hilirisasi industri pengolahan biji besi menjadi baja karbon, serta metal forming atau pembentukan logam. Juga pengolahan amoniak dan pupuk,” tutup Mahyuni. (ris/gr/fud)

 
 
 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X