Karena ia yakin, reformasi birokrasi harus dikawal oleh birokrat, bukan cuma politikus. “Perubahan yang tidak sekadar perubahan paradigma. Tapi juga perubahan manajemen,” ujarnya saat diwawancara dalam kampanye Pilkada 2020 lalu.
Setelah mengabdi selama 18 bulan sebagai Wakil Bupati Balangan, Supiani meninggal dunia pada usia 61 tahun, Kamis (4/8). Jumat (5/8), ratusan warga mengantar jenazahnya memasuki liang lahat untuk memberi penghormatan terakhir.
WAHYUDI, Balangan
SEJARAH panjang Paringin sebagai salah satu kecamatan di bawah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) hingga menjadi ibu kota Kabupaten Balangan, tak terpisahkan dari sosok almarhum.
Sang Camat, begitu pria yang lahir di Birayang, 26 Oktober 1960 ini kerap dipanggil.
Suami dari Megawati Ulfah ini mulai bertugas di Paringin sejak tahun 1990. Lalu menjadi Camat Paringin dari tahun 2000 hingga 2006.
Supiani sebenarnya mengawali karir sebagai PNS di Daha, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) pada 1988. Tapi sebentar saja. Pindah tugas ke Paringin setahun berselang.
Sarjana muda APDN Banjarbaru ini juga pernah pindah ke Batumandi sebagai sekretaris camat, pada kurun waktu 1997-1999. Namun kembali ke Paringin pada awal milenium.
Di sela-sela kesibukannya, Supiani menamatkan pendidikan magister di Universitas Brawijaya, Malang.
Setelahnya, karir Sang Camat mulai menanjak. Menjadi kepala bagian, kepala dinas, dan kepala badan. Namun, dari sekian banyak instansi, khalayak tetap mengenangnya sebagai Camat Paringin.
Karena pada masa itulah, perjuangan panjang menuntut pemekaran kabupaten mencapai klimaks.
Masa itu ia mengawal pembangunan Pasar Paringin, Tugu Simpang Empat Paringin, hingga penyambutan Gubernur Kalsel Sjachriel Darham dan tim penilai dari Departemen Dalam Negeri untuk kelayakan Balangan menjadi kabupaten.
Kala itu, Supiani secara tidak langsung ikut berjuang. Walaupun secara organisasi, panitia penuntutan pemekaran tersebut diketuai oleh almarhum Syahrani Ahing.
Masyarakat menjadikannya sebagai tokoh, karena tak ada yang menyangsikan kadar cintanya kepada Paringin dan Balangan. Meskipun tanah kelahirannya berada di kabupaten tetangga. Pada akhirnya, Supiani meninggalkan dunia birokrasi demi politik praktis. Menjadi kader PDI Perjuangan.