Sepekan, Sudah Dua Kali Harga Telur Ayam Naik

- Minggu, 28 Agustus 2022 | 13:15 WIB

Sepekan terakhir, harga telur di Kalsel melonjak. Sebelumnya Rp28 ribu per kilogram, kini sudah tembus Rp30 ribu lebih.

Di Pasar Bauntung Banjarbaru misalnya, salah seorang pedagang, Haji Iyan mengaku menjual telur ayam ras Rp31 ribu per kilogram. “Karena modalnya sudah Rp29 ribu sekilonya,” ujarnya kemarin (26/8).

Sebelumnya, dia mendapat Rp26 ribu dari agen. Saat itu dijualnya Rp28 ribu. “Naiknya sekitar sepekan terakhir ini,” tambahnya.
Dalam sepekan saja, harganya sudah dua kali naik. Dari Rp30 ribu menjadi Rp31 ribu.

Sedangkan harga jenis telur lainnya tidak mengalami kenaikan. “Telur ayam kampung bertahan Rp2 ribu sebutir, lalu telur itik Rp3 ribu,” sebutnya.

Menurutnya, harga telur ayam kampung dan itik bisa stabil karena diproduksi masyarakat. Sedangkan telur ayam ras diproduksi perusahaan. “Kalau perusahaan ini memang tidak mau rugi. Kalau pakan mahal, harga telur langsung mereka naikkan,” paparnya.

Gara-gara harganya naik, penjualan telur ayam ras menjadi turun. “Ada penurunan penjualan sekitar 10 persen,” sebutnya.

Selama ini, Haji Iyan mendatangkan telur dari agen di Pelaihari. “Kalau di agen harga naik, terpaksa saya naikkan juga,” paparnya.

Selain di pasar, harga telur di toko-toko juga naik. Salah satu kios di Jalan Sukamara, Banjarbaru, bahkan sudah menjual Rp32 ribu per kilogram. “Baru kemarin (25/8) naik seribu rupiah,” kata pemilik kios, Evi.

Menurutnya, harganya sudah naik sejak tingkat kandang. “Katanya biaya produksinya naik,” jelasnya.

Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Birhasani mengatakan, harga telur ayam sudah naik sejak bulan puasa lalu dan tak pernah turun lagi.

Sempat turun sebentar setelah lebaran, tapi kemudian naik lagi. “Tingginya biaya produksi didorong kenaikan pakan, bibit dan obat-obatan, serta vitamin,” jelasnya.

Vitamin sangat diperlukan ayam petelur untuk menjaga produktivitas ayam dan kualitas telur. “Karenanya harga jual telur harus mengalami penyesuaian terhadap biaya produksi, agar peternak tidak merugi dan pasokan ke pasar tetap stabil,” katanya.

Selain ongkos produksi, bisa juga dipengaruhi panen tinggi dan stok yang melimpah. “Apabila produksi tinggi tapi permintaan rendah, maka harga telur juga bisa turun,” pungkasnya. (ris/gr/fud)

 
 
 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X