Garis Kemiskinan Direvisi, Warga Menengah Bakal Turun Kasta Jadi Orang Miskin

- Senin, 3 Oktober 2022 | 14:13 WIB
ilustrasi perumahan untuk rakyat miskin
ilustrasi perumahan untuk rakyat miskin

 Bank Dunia merevisi perhitungan garis kemiskinan internasional. Tidak lagi mengacu paritas daya beli (PPP) 2011, tapi diganti dengan PPP 2017. Ini diprediksi bakal membuat banyak warga kelas ekonomi menengah bawah, jatuh ke kelas warga miskin.

Mengacu PPP 2017, Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan ekstrem menjadi 2,15 dollar atau Rp32.755 per orang per hari (asumsi kurs Rp15.235) dari sebelumnya di 1,90 dollar. Kasi Statistik Ketahanan Sosial pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, Ihsan Nulhakim mengatakan, sampai saat ini BPS masih menggunakan PPP 2011 untuk perhitungan garis kemiskinan. 

Apabila nanti diganti menjadi PPP 2017, secara hitung-hitungan, menurutnya ada peluang persentase penduduk miskin ekstrem di Kalsel akan meningkat. “Karena garis kemiskinan ekstremnya meningkat,” katanya (2/10). Lalu berapa kenaikannya? Ihsan menyebut, hal itu belum bisa diprediksi. Apalagi, BPS pusat hingga kini belum menghitungnya. “Karena BPS sampai masih menggunakan PPP 2011,” sebutnya. 

Sementara di Asia, dengan perhitungan baru ini, sebanyak 33 juta orang kelas menengah bawah akan turun kasta menjadi miskin.

Indonesia dan China menjadi negara dengan penurunan kelas menengah bawah dan atas terbanyak.

Tercatat ada 13 juta orang kelas menengah bawah di Indonesia yang turun level menjadi miskin. Sementara di China sebanyak 18 juta orang kelas menengah bawah turun kelas menjadi miskin.

Garis Kemiskinan (GK) di Kalsel sendiri terakhir ditetapkan pada Maret 2022 tadi, sebesar Rp553.073 per kapita per bulan.

Kepala BPS Kalsel, Yos Rusdiansyah mengatakan, jika penduduk memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan, maka dikategorikan sebagai warga miskin.

Berdasarkan data terakhir mereka, penduduk miskin di provinsi ini pada periode Maret 2022 masih 195,70 ribu orang. 

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, angka tersebut mengalami penurunan 12,41 ribu jiwa. Karena pada Maret 2021 jumlah orang miskin di Kalsel mencapai 208,11 ribu.

Apabila disandingkan dengan data September 2021, penduduk miskin di Banua juga turun. Dari 197,76 ribu menjadi 195,70 ribu orang.

Yos menyampaikan, dilihat berdasarkan tempat tinggal pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin di perkotaan tercatat 77,77 ribu orang. Dengan tingkat kemiskinan sebesar 3,64 persen.

“Sedangkan di perdesaan, angka kemiskinan sebanyak 117,93 ribu. Dengan tingkat kemiskinan 5,31 persen,” ungkapnya.

Tentu saja, data di atas rentan bergeser. Apalagi setelah kenaikan harga BBM yang turut mendongkrak inflasi. Contoh Kabupaten Kotabaru yang menembus lima daerah dengan inflasi tertinggi di Indonesia, tembus 7,6 persen. (ris/by/fud)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X