Ekowisata CMC Tiga Warna Layak Ditiru di Kalimantan

- Jumat, 25 November 2022 | 10:30 WIB
OBJEK WISATA: Pantai Gatra salah satu dari enam pantai yang ada di CMC Tiga Warna.
OBJEK WISATA: Pantai Gatra salah satu dari enam pantai yang ada di CMC Tiga Warna.

Malang Raya punya pantai yang dikelola sangat unik. Bahkan menjadi pusat perhatian global. CMC Tiga Warna.

Laporan Eddy Hardiyanto
Malang Selatan, Jawa Timur.

ROMBONGAN peserta karya tulis Porwanas XIII Malang Raya harus singgah di pos 2. Menghadap ke petugas yang duduk di dalam pos. Semua perlengkapan yang dibawa ditanya. Satu persatu. Jumlah air mineral langsung dicatat petugas di kertas formulir. Kotak makanan yang kebetulan dibawa juga ditulis angkanya berapa. Bahkan jumlah kotak rokok juga dihitung. Apapun benda yang berpotensi menjadi sampah harus tercatat.

Bahkan dicek satu persatu saat pulang. Perhitunganya harus pas. Kalau hilang satu, disuruh balik mencarinya. Bisa pula mencari sampah pengganti. Kalau tidak, denda Rp100 ribu per item.

Aturan ini sudah diberitahu Arik Anggara di Pos 1. Arik bertugas sebagai tour guide. Dengan setitik infra red, Arik mengarahkan benda mirip pulpen itu ke peta yang tertempel di dinding pos. Tangannya bergerak sambil menyampaikan rute apa saja yang akan dilintasi.

 

Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Ekowisata ini dikelola oleh masyarakat lokal Sendang Biru yang tergabung dalam Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru. Total luasan area mencapai 117 hektare. Terdiri dari 71 ha mangrove, 10 ha terumbu karang, dan 36 ha hutan lindung.

Kawasan CMC Tiga Warna dibagi menjadi dua area konservasi. Area konservasi Mangrove di Pantai Clungup dan Pantai Gatra. Area konservasi terumbu karang di Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah, dan Pantai Tiga Warna. “Kami hanya membuka tiga pantai,” ujar Ketua Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru, Saptoyo saat ditemui peserta di sekretariatnya, Selasa (22/11).

Kini hanya Pantai Clungup, Pantai Gatra, dan Pantai Tiga Warna bisa dikunjungi. Sedangkan Pantai Sapana, Pantai Mini, dan Pantai Batu Pecah sengaja disimpan. Belum ditawarkan ke tamu. Prinsip wisata ini dipakai untuk menjaga keberlanjutan tourism. Tidak jor-joran, semua dibuka untuk pengunjung. Ini berpotensi tidak terkelola dengan baik. Akhirnya bisa mangkrak. “Titiknya baru dibuka satu per satu. Iramanya, kami membuka setiap enam sampai tujuh tahun,” tambah Saptoyo.

Setiap titik yang dibuka harus mempersiapkan semuanya. Mulai dari atraksi unggulannya, pasar tamunya siapa, yang menangani siapa, tata kelolanya seperti apa. Ini butuh satu tahun untuk diskusi saja. Kalau sudah jadi, baru dipromosikan. Setahun dipasarkan, baru ada pemesanan. Tahun ketiga dan keempat, biasanya booming. “Setelah booming, pasti ada masa stagnan. Mau turun, kita munculkan lagi yang baru,” tambahnya.

CMC Tiga Warna sebenarnya punya 10 spot yang bisa dikunjungi. Estimasi Saptoyo, kalau dimunculkan satu per satu bisa untuk 60 tahun ke depan.

Pantai Tiga Warna sebenarnya yang paling eksklusif dikunjungi saat ini. Itu jika dibandingkan Pantai Clungup dan Pantai Gatra. Disebut eksklusif karena pengunjung hanya diperkenankan dua jam berada di pantai kecil ini. Bahkan dibatasi hanya 100 pengunjung perhari. Padahal garis pantainya pendek. Cuma 135 meter. Di sini dipersilakan kalau mau snorkeling, diving, dan menaiki banana boat. Kedalaman untuk menyelam antara 4 sampai 7 meter.

Pantai ini disebut tiga warna karena gradasi kontur dasar pantainya. Hijau, biru, dan warna pasir antara putih dan cokelat. Airnya sangat jernih menimbulkan garis pemisah. Menunjukkan terumbu karang kedalaman, pantai berpasir, dan dangkal berpasir.

Setiap dua jam itu jumlah pengunjung dibatasi untuk proteksi. Mengingat di dalam air ada terumbu karang, dan padang lamun. Yayasan ini juga membangun Marine Protected Area (MPA) di situ. “Proteksinya harus lebih kuat,” tegas Saptoyo. Mereka khawatir pengunjung menginjak terumbu karang. Potensi terinjak hingga patah itu sangat tinggi bila pengunjung over capacity. Padahal kalau memulihkan terumbu karang yang bentuknya seperti jahe itu dalam setahun hanya tumbuh 10 cm. Kalau terumbu karang jenis batuan setahun hanya 1 cm. Bahkan para nelayan juga dilarang mengambil ikan di depan Pantai Tiga Warna. Diproteksi 5 hektare agak ke kanan.

Aturan dua jam ini hanya berlaku di Pantai Tiga Warna. Di Pantai Clungup dan Pantai Gatra lebih bebas. “Kalau hutan mangrove (di Clungup dan Gatra, red) tidak mungkin juga ditebangi oleh pengunjung,” sebut Saptoyo, menjelaskan kenapa di dua pantai ini lebih bebas.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB
X