Dulu Musiman, Sekarang Banjir Rob di Banjarmasin Terjadi Bulanan

- Jumat, 2 Desember 2022 | 12:17 WIB
MANDIKAN BURUNG - Warga di kawasan Prona II Kecamatan Banjarmasin Selatan memanfaatkan air banjir rob untuk membersihkan sangkar burung miliknya. | FOTO: M FADLAN ZAKIRI/RADAR BANJARMASIN
MANDIKAN BURUNG - Warga di kawasan Prona II Kecamatan Banjarmasin Selatan memanfaatkan air banjir rob untuk membersihkan sangkar burung miliknya. | FOTO: M FADLAN ZAKIRI/RADAR BANJARMASIN

 Banjir rob di Kota Banjarmasin sudah dianggap masyarakat seperti agenda rutin setiap bulan. Padahal sebelumnya, siklus pasang-surut air laut yang menyebabkan meluapnya Sungai Martapura itu hanya terjadi musiman.

Fahim masih mengingat banjir rob di kediamannya di kawasan Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara hanya terjadi tiga sampai empat tahun sekali. “Itu pun tidak sampai sedalam sekarang,” bandingnya, Rabu (30/11) siang.

Ayah dua anak ini merasakan ketinggian air yang naik ke daratan terus mengalami peningkatan setiap bulannya. “Kami di sini sampai bosan mengurus perabotan rumah. Tiba-tiba saja air naik sampai ke dalam kamar. Meja dan lemari kami rusak gara-gara keseringan terendam air,” keluhnya.

Ayu sejak bermukim di kawasan Benua Anyar, baru sekitar dua tahun terakhir saja merasakan banjir rob merendam jalanan di sekitar kediamannya. “Itu pun hampir di setiap bulan. Malah beberapa bulan yang lalu sampai dua kali dalam sebulan,” ungkap ibu rumah tangga berusia 28 tahun itu.

Ia berharap kondisi ini mesti menjadi atensi bagi pemko. Segera ditindaklanjuti agar jangan ada lagi keluhan warga mengenai banjir rob ini. “Entah banjir rutinan ini gara-gara apa. Yang pasti, jangan sampai menunggu tenggelam dulu, baru bergerak melakukan pembenahan,” cecarnya.

Pemerhati lingkungan, Hamdi menilai perubahan kondisi perairan yang terjadi di Bumi Kayuh Baimbai sebagai salah satu dampak dari perubahan iklim. Namun, jangan hanya semata-mata menyalahkan perubahan iklim saja. Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin itu menekankan bahwa pemerintah daerah harus sadar akan kondisi Banjarmasin yang sudah banyak rusak.

“Khususnya kondisi daerah tangkapan hujan di daerah kita yang sekarang sudah rusak. Ini yang mengakibatkan air pasang, ditambah kucuran air hujan, malah naik ke daratan,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga menyoroti kondisi sungai-sungai di Banjarmasin yang banyak mengalami pendangkalan akibat sedimentasi bercampur sampah. “Daya tampung sungai kita semakin kecil dibanding penambahan volume air yang masuk,” ujarnya.

Hamdi berpesan kepada Pemko Banjarmasin agar melakukan evaluasi khususnya dalam hal penataan kota. “Sudah seyogyanya pemko berjuang agar bisa membentuk kembali Dinas Sungai untuk menyelesaikan problem ini,” tukasnya.

Hamdi yakin jika hanya ditangani selevel bidang saja, tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan banjir rob ini. “Hilangnya Dinas Sungai ini sangat berdampak dari segi perencanaan kegiatan. Jika penataan sungai menjadi sebuah dinas, artinya dari sisi anggaran dan SDM akan lebih mumpuni,” tegasnya. “Dengan kepala dinas saja kita masih kewalahan, apalagi cuma sekadar kabid,” bandingnya.

Hal serupa juga diutarakan Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) di DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi. Menurutnya, siklus pasang surut air sungai kini jadi masalah karena intensitasnya yang sekarang mulai meninggi.

“Banyak kawasan yang sebelumnya adalah tempat resapan, sekarang sudah berubah fungsi menjadi permukiman,” keluhnya. “Air yang seharusnya masuk ke daerah resapan, malah langsung turun ke sungai. Ditambah lagi volume tambahan yang masuk akibat pasang tinggi air laut. Tidak heran kalau dimana-mana terjadi genangan,” tambahnya.

Ia berharap Pemko Banjarmasin, utamanya Dinas PUPR, harus secepatnya menanggulangi problem ini dengan duduk bersama para pakar dan akademisi untuk melakukan kajian fenomena banjir rob ini. “Jika dulunya Banjarmasin ini dikenal dengan rawa sebagai tempat resapan air, sekarang berubah menjadi daerah dengan banyaknya perumahan,” ujarnya. “Ke depan masterplan pembangunan kota bisa menyesuaikan dengan kondisi alam yang ada. Hal ini harus dilakukan secara bersama, alias lintas sektor,” pintanya.

Kepala Bidang Sungai dari Dinas PUPR Kota Banjarmasin, Rini Wardhani menuturkan bahwa pihaknya tidak bisa langsung menyalahkan endapan dasar sungai sebagai penyebab banjir rob. Belum ada kajian yang menunjukkan bahwa rutinnya banjir rob ini merupakan dampak dari tingginya endapan di dasar sungai. “Pengerukan sedimentasi dari dasar sungai sudah rutin kami lakukan,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Geger! Pria Gantung Diri di Pohon

Kamis, 2 Mei 2024 | 13:03 WIB
X