Ketika Kampung Artis di Marabahan Ditinggal Pesohor

- Selasa, 27 Desember 2022 | 10:37 WIB
TETAP BERTAHAN : Devi (26) asal Kampung Artis yang masih bertahan menjadi biduan dangdut.
TETAP BERTAHAN : Devi (26) asal Kampung Artis yang masih bertahan menjadi biduan dangdut.

PERNAH mendengar nama Kampung Artis? Kampung ini berada di RT 07 Kelurahan Ulu Benteng Kabupaten Barito Kuala. Bagi orang Banjarmasin mungkin terdengar asing. Tapi bagi orang Marabahan, Kampung Artis amat populer. 

Dijuluki begitu, karena dari sini banyak lahir artis dangdut. Para biduan yang kerap mengisi sesi hiburan untuk acara hajatan, ulang tahun, kondangan, dan lainnya. RT 07 Ulu Benteng juga punya nama lain, Kampung Teluk Milyar. Tapi nama itu kalah populer. Seiring waktu, jumlah biduan dari Kampus Artis terus berkurang. Ada yang pindah atau pensiun.

Dari segelintir yang setia bertahan, menyambung hidup dari panggung ke panggung, adalah Devi. Perempuan 26 tahun ini menceritakan, sebelum dirinya lahir, nama Kampung Artis itu sudah ada. 

Begitu melekat, walaupun kebanyakan biduan itu sudah meninggalkan gemerlap panggung. Menjadi ibu rumah tangga biasa. Sesuai dengan tuntutan umur.

“Kebanyakan sudah berhenti menjadi artis sejak bersuami,” ujarnya (26/12) kepada Radar Banjarmasin. Devi mulai naik panggung sejak berumur 17 tahun. Sempat rehat sejenak, lalu kembali lagi. 

“Selain karena faktor lingkungan, keluarga saya banyak yang menyanyi dangdut, alasan lainnya adalah kebutuhan ekonomi. Hingga akhirnya saya bekerja menjadi penyanyi,” kisahnya. “Dulu kakak, sepupu, dan keponakan juga penyanyi,” tambahnya.

Devi tentu saja terpikir untuk mencari profesi lain, tapi ternyata memang tak semudah itu. Bersama seorang kawan, berdua mereka masih menerima order menyanyi. “Hanya tersisa kami…. yang lain sudah berhenti,” tutupnya. Musikus senior asal Kampung Artis, Lintung memperkirakan, nama Kampung Artis muncul pertama kali pada tahun 1994. 

Bermula dari hobi warga sekitar menggelar orkes dangdut. Dengan peralatan seadanya, remaja di sana silih berganti belajar menyanyi. “Dulu alat orkesnya milik almarhum Bakar,” kata pria 42 tahun itu. Tahun 1998, orkes dangdut meredup. Gara-gara kebangkitan musik karaoke. Lintung menangkap peluang itu, ia lantas membentuk grup pemandu karaoke.

“Setiap ada acara perkawinan dan perlu hiburan, kampung kami menyediakan artisnya. Jadi tidak perlu mencari ke luar daerah. Sudah banyak penyanyi di sini,” tukasnya. Lintung tak tahu sampai kapan nama Kampung Artis itu akan bertahan. Setelah satu demi satu artisnya berhenti berdendang. (bar/gr/fud)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X