Balangan Punya Tradisi Unik Perkawinan Duda dan Janda, "Takumpul Sama Pada Balu Jangan Bahiri Nang Bujang"

- Jumat, 6 Januari 2023 | 12:30 WIB
TRADISI: Ilustrasi sepasang pengantin yang melangsungkan prosesi tradisi Balawang Tujuh Bagunung Api. Tradisi ini masih lestari di tengah masyarakat Lampihong. | FOTO: HUMAS PEMKAB BALANGAN
TRADISI: Ilustrasi sepasang pengantin yang melangsungkan prosesi tradisi Balawang Tujuh Bagunung Api. Tradisi ini masih lestari di tengah masyarakat Lampihong. | FOTO: HUMAS PEMKAB BALANGAN

Kabupaten Balangan memiliki sebuah tradisi dalam perkawinan antara duda dan janda. Yaitu Balawang Tujuh Bagunung Api.

 

Tradisi ini dilangsungkan pada malam hari. Karena menurut budaya warga sekitar, apabila janda atau duda menikah, maka resepsinya jangan di siang hari. Menurut salah seorang warga asli Balangan, Hj Asanah, dinamakan Balawang Tujuh Bagunung Api karena ada tujuh pintu masuk yang dibuat dari sarung atau tali di halaman rumah mempelai.

Ketujuh pintu itu dikelilingi obor-obor api yang ditancapkan pada rangka yang menyerupai atap rumah atau gunung. Perjalanan sepasang pengantin dalam melewati tujuh pintu itu sebelum duduk di pelaminan yang berada di dalam rumah, dilengkapi iringan alunan musik panting dari penabuh. Selain menjadi hiburan tersendiri, tradisi ini juga menyimpan filosofi. Bahwa bersama-sama memasuki tujuh pintu diibaratkan dengan bersama-sama mengambil pelajaran dari pengalaman rumah tangga yang lalu untuk mengatasi berbagai permasalahan di depan. 

“Dulu tradisi ini dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah Balangan, tapi sekarang hanya bisa dilihat di Kecamatan Lampihong dan di desa-desa tertentu,” ujar perempuan 53 tahun itu.

“Pung pung halu, gara gicak giyang-giyang, takumpul sama pada balu jangan bahiri nang bujang, Pung pung halu gara gicak giyang-giyang, asal jangan bamadu dihadangi siang malam. Naik malam, baliliukan balawang tujuh, bagunung api.” Itulah sepenggal syair yang biasa dinyanyikan untuk mengiringi sepasang mempelai mengarungi tujuh pintu. Serupa namun tak sama, tradisi perkawinan lainnya di Balangan, yaitu Jalan Liuk yang hingga kini masih dilestarikan oleh warga Desa Marias di Kecamatan Juai. 

Kedua tradisi ini sama-sama dilaksanakan pada malam hari dan di tanah lapang. Namun tidak untuk duda atau janda, melainkan untuk semua pasangan yang melangsungkan resepsi perkawinan. 

Dalam tradisi ini, kedua mempelai harus masuk lewat pintu berbeda, dan memecahkan teka-teki jalan berliku (liuk) menyerupai labirin supaya bisa bertemu di tengah-tengahnya.

Menurut salah satu tokoh warga sekitar yang juga pelaku seni tradisi ini, H Syarpani mengungkap, Jalan Liuk sudah menjadi tradisi turun-temurun di masyarakat Juai dan hingga kini masih dilestarikan.

“Pesan yang tersirat di dalamnya yaitu bahwasanya dalam mengarungi rumah tangga pasti mengalami berbagai masalah, tidak lurus-lurus saja, namun berlika-liku,” terangnya. (why/gr/fud)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X