Berawal dari Film Bollywood

- Senin, 30 Januari 2023 | 11:39 WIB

Di saat anak muda lainnya menggeluti dansa modern, dara kelahiran Amuntai 16 Maret 2000 itu teguh. Menekuni tari klasik Banjar dan Japin. Menurut Elma, keduanya memiliki tantangan tersendiri. Tari klasik Banjar menekankan pada gerakan yang tertata, penuh kelembutan dan kesopanan.

“Ini adalah tarian kerajaan, mencerminkan kebudayaan Banjar dan sudah ada pakem-pakemnya,” tuturnya. Sementara Japin merupakan tarian rakyat. Lebih lincah dan bisa dikreasikan. Selain harus kreatif, faktor estetika, ekspresi dan kekompakan gerakan juga menjadi penilaian. 

Sekilas mundur ke belakang. Naluri seninya muncul sejak belia. Tepatnya saat berusia empat tahun. Elma kecil senang menirukan tarian India. Dari film-film Bollywood yang kerap diputar berulang-ulang di televisi.Sang ibu kemudian mendaftarkannya ke Sanggar Air di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) pada 2004.

Di sana ia berproses, hingga mendapat kesempatan berharga. Elma dipercaya menjadi penata tari kolosal untuk perayaan hari jadi kabupaten pada tahun 2017. “Pertama kali menjadi koreografer. Pengalaman yang takkan terlupakan,” ujarnya. 

Bakat itu kian berkembang. Pada 2018, Elma melanjutkan studi ke Banjarmasin. Ia diterima menjadi mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan di Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

Pada tahun yang sama Elma bergabung ke Sanggar Seni Nuansa Kalsel. Di sanalah Elma mengeksplor bakatnya lebih dalam lagi. “Banyak sekali pelajaran yang saya dapat saat bergabung dengan Nuansa, begitu pula dengan jejaring relasi,” ungkapnya.

Bersama Nuansa, Elma menari di sejumlah ajang prestisius. Tak hanya tingkat provinsi, bahkan nasional dan internasional. Salah satu yang paling berkesan, yakni tampil di ajang International Mask Festival 2022 di Solo.Itu merupakan puncak festival tarian topeng. Tarian topeng dari berbagai negara ditampilkan. Dari Singapura, Rusia, Australia, Thailand, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Inggris, Ekuador dan tentu dari Indonesia. “Berkesan sekali,” ujarnya. 

Elma dan kawan-kawan juga pernah tampil di berbagai kota di Indonesia. Seperti Jakarta, Padang, Palembang, Lombok, Bandung, Bali dan banyak lagi. Sejumlah prestasi juga ia torehkan. Seperti Penata Tari Terbaik dari Lomba Tari Penyambutan Kalsel 2018. Kemudian ia dan timnya meraih predikat Penyaji Terbaik I untuk Festival Karya Tari Daerah 2021. 

Bicara soal inspirasi, ada dua sosok yang ia yakini sebagai panutan. Yaitu pendiri dan koreografer Sanggar Seni Nuansa, Dini Maulidya (Dea Sanderta). Juga Abib Igal, koreografer dari Kalteng. “Kak Dea kreatif sekali dan andal dalam menyusun ide cerita tarian. Sementara Kak Abib idenya liar. Ia bisa dapat inspirasi gerakan dari mana saja,” tuturnya.

Kini, Elma telah menamatkan studinya. Karirnya tak putus sampai di sini. Ia bertekad ingin kembali ke daerah asal. Di Amuntai, Elma ingin giat kembali di sanggar lamanya. Mengajak dan membimbing bibit baru, agar lebih cinta dengan tarian daerah.“Karena ini tak sekadar hobi, tetapi juga misi pelestarian budaya,” ujarnya.

Sekarang, Elma telah diterima menjadi pengajar di SMPN 2 Amuntai sebagai guru seni budaya.Ia berpesan kepada anak muda lainnya, agar tak berhenti berkarya. “Terus berproses, jangan malu. Lestarikan budaya, karena jika bukan kita, siapa lagi?” tuntasnya. (tia/gr/fud) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X