Potret Ujian Siswa di Sekolah Luar Biasa: Coret Kertas Putih, Anak-anak Hebat

- Kamis, 16 Maret 2023 | 12:43 WIB
UJIAN: Tiga siswa kelas IX SMPLB tengah ujian pada Selasa (14/3) pagi.
UJIAN: Tiga siswa kelas IX SMPLB tengah ujian pada Selasa (14/3) pagi.

Siswa-siswa di Sekolah Luar Biasa memandangi kertas lembar putih. Anak-anak hebat ini mengambil alat tulis, menuliskan jawaban di atas lembaran ujian. Bukan hanya ujian tertulis, mereka pun harus mengikuti ujian keterampilan.

Oleh: ZULQARNAIN, Banjarbaru

Siswa SMPLB dan SMALB di Jalan Abadi III, Kelurahan Guntung Manggis, Banjarbaru, pagi kemarin, Selasa (14/3) sedang ujian akhir sekolah. Ujian sudah berjalan sejak pekan kemarin, ujian praktik. Sepekan ke depan, anak-anak hebat ini mengikuti ujian tertulis.

Di ruang kelas IX, ada tiga siswa mengisi lembar jawaban dengan dua guru sebagai pendamping. Kesemuaannya tuna grahita.

Untuk memudahkan siswa, soal-soal sudah diberi gambar. Tentunya masih dituntun dengan arahan pembimbing, Mahmudah. Ia membantu siswa mengeluarkan alat tulis, sambil mengarahkan siswa, mulai mana lembaran itu harus dikerjakan.

“Ini soalnya sayang, jangan lihat ke sana,” kata Mahmudah sambil mengarahkan Akbar Patradwika Sagala yang sedang menunjuk wartawan koran ini.

Akbar adalah salah satu siswa di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Banjarbaru di kelas itu. Ia penyandang tuna grahita ringan sedang. Akbar menulis angka-angka. Ujiannya matematika.

Mahmudah yang tampak sibuk, penulis pun berpamit undur diri. Tak banyak pembicaraan dengan Mahmudah. Ia hanya mengatakan, tugasnya adalah pembimbing, membantu siswa dalam mengerjakan ujian.

Sebelumnya, Radar Banjarmasin sudah mendatangi Kepala Sekolah Elik Supriyati di ruangannya. “Ada 124 siswa dari semua jenjang. Dari taman kanak-kanak sampai SMALB,” kata Elik.

Elik katakan, secara umum, pembelajaran di SLB sama dengan sekolah reguler. Kurikulum pun masih sama. Bedanya, di SLB ada ujian keterampilan.

“Seperti anak SMK. Ada tata boga, tata kecantikan, dan tata busana. Jadi mereka memasak, menjahit, atau membuat kerajinan tangan seperti itu,” utarnya.

Namun, tentunya materi yang diberikan sesuai kebutuhan anak. Kebutuhan dan pola pembelajaran anak tuna rungu, tentu berbeda dengan anak tuna grahita. “Namun secara akademik masih mengikuti kurikulum yang sama,” ucap Elik.

Karena ada perbedaan ketunaan di SLB, kelas pun disesuaikan dengan pengelompokan per jenjang. Sambil menyesuaikan masing-masing ketunaan.

Misalkannya, anak-anak tuna grahita dikumpulkan dalam satu ruangan di jenjang kelas yang sama. “Jadi keterbatasan kita adalah kurangnya ruang kelas dan tenaga pengajar,” aku Elik.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB

Warga HSU Dilarang Bagarakan Sahur Pakai Musik

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:15 WIB

Wilayah Kalsel Rawan Diguncang Gempa

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:45 WIB
X