Ditempa di Jalan, Bukan di Medsos

- Jumat, 17 Maret 2023 | 14:11 WIB
Ayu Norjanah
Ayu Norjanah

Ayu kerap sedih melihat anak muda yang menghabiskan waktunya untuk menatap layar ponsel pintar.

***

BATULICIN – Sorot matanya tajam. Gadis berdarah Banjar Bali ini sejak SD sudah mencintai dunia balap. “Aku gak suka main masak-masakan, kurang menantang,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin.

Ayu Norjanah tumbuh besar di Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu. Pesisir berpasir putih di selatan Kalsel. Tempat lahirnya keturunan darah para pejuang 7 Februari.

Ayu kecil sudah terpikat dunia balap, ketika mengenal Tamiya (mobil balap mainan). Waktu SD, olahraga itu sedang booming.

Ketika beranjak gadis, dia semakin cinta pada otomotif. Suka ngebut juga saat bepergian. “Suka aja. Intinya saya suka olahraga, main di alam,” kata penggemar novel Garis Waktu karya Fiersa Besari ini. Dia anak pertama dari tiga bersaudara. Orang tuanya pengusaha kuliner.

Singkat cerita, lulus SMA, Ayu kuliah di IPDN Bandung. Di Kota Kembang itulah, dia semakin mengenal dunia otomotif. 

Sederhananya, Tamiya hanyalah miniatur dari mobil balap. Bedanya, mobil balap ada sopir, Tamiya tidak. 

“Ban dan mesin (dinamo) harus sesuai dengan kondisi trek yang dilintasi. Semua ada perhitungannya,” ujarnya.

Ketika lulus IPDN, dia melamar di Tanah Bumbu. Nilainya bagus. Jadilah dia ajudan Ketua DWP Tanah Bumbu, Hasnah Mashude. Istri Sekretaris Daerah Ambo Sakka. Di sini Ayu semakin bisa menikmati hobinya. Sudah ada gaji untuk membeli Tamiya yang keren-keren. “Biasanya kami (komunitas Tamiya) main di halaman kantor bupati. Pernah ikut turnamen, pernah juara tiga,” akunya.

Namanya ajudan, harus siap sedia 24 jam jika diperlukan. Jadi kadar kelelahannya tinggi. Nah, obatnya adalah Tamiya atau melaju di jalan raya. Saking bergairahnya dengan balap, Ayu pernah menempuh perjalanan darat dari Pagatan ke Banjarmasin dalam waktu 3,5 jam. Pakai roda dua. 

“Waktu itu ada mobil nyelip. Saya terpancing. Saya balap. Mobil itu nyelip lagi. Balap-balapan jadinya,” kekehnya.

Namun dia buru-buru memberi garis tebal, kebut-kebutan itu jangan ditiru. Karena membutuhkan konsentrasi tinggi, kesehatan yang prima, dan tunggangan yang juga sehat. 

“Risikonya besar. Gak sebanding. Makanya, saya gak jadi atlet balap. Soalnya sayang badan,” lanjut pemuja Valentino Rossi ini.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X