Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalsel mengeluarkan surat edaran untuk kegiatan belajar mengajar selama bulan Ramadan tahun 2023.
Dalam edaran itu, durasi jam pelajaran selama bulan puasa dikurangi. Dari delapan jam lebih menjadi lima jam saja. “Selama Ramadan, hanya boleh lima jam. Dari pukul 8 pagi hingga 12 siang. Diakhiri dengan salat zuhur berjemaah,” kata Kepala Disdikbud Kalsel, Muhammadun (22/3). Ini wajib dilaksanakan SMA, SMK, dan SLB di Kalsel.
Selain itu, edaran ini juga menetapkan tanggal program pesantren Ramadan. Yakni pada 27 sampai 31 Maret. “Setelah pesantren Ramadan, sekolah belajar seperti biasa,” ucapnya.
Ia berharap, selama Ramadan, para siswa dapat tetap fokus belajar walaupun sedang berpuasa.
“Mudah-mudahan peserta didik (yang muslim) tetap berpuasa dan memaknai bulan suci ini dengan baik,” harapnya.
Untuk hari libur, SMA/SMK/SLB akan diliburkan pada libur nasional hari raya Idulfitri: tanggal 22 dan 23 April. “Serta saat cuti bersama pada tanggal 21, 24, 25, dan 26 April,” tutup Madun.
Kepala SMAN 1 Banjarbaru, Finna Rahmiati memastikan akan menjalankan edaran Disdikbud.
Dijelaskannya, durasi belajar memang dikurangi, tapi jumlah jam pelajaran sebenarnya tidak berubah. Tetap 11 jam pelajaran sehari. “Kalau hari biasa, satu jam pelajaran berdurasi 45 menit. Selama Ramadan, dikurangi jadi 25 menit,” jelasnya.
Dengan begitu, selama bulan puasa, siswa masuk sekolah pada 07.30 sampai 12.40 WITA setiap Senin-Kamis. Sedangkan Jumat, pulang pukul 10.30 WITA.
“Kalau hari biasa di luar Ramadan, anak-anak pulang jam setengah lima sore,” pungkas Finna.
TK Hingga SMP di Kab Banjar Diliburkan
Di Kabupaten Banjar, juga terbit surat edaran serupa. Ditetapkan TK, SD, dan SMP diliburkan selama bulan Ramadan.
Kepala Dinas Pendidikan Banjar, Liana Penny mengatakan, libur Ramadan dimulai pada 23 Maret hingga 20 April. Disambung cuti bersama dan libur Idulfitri sampai 26 April. “Jadi sekolah masuk kembali pada 27 April,” jelasnya.
Namun, sekolah tetap harus menggelar pesantren Ramadan, minimal tiga hari. “Jadwalnya ditentukan sendiri oleh sekolah,” ujarnya.
Kemudian para siswa juga diminta menyampaikan laporan kegiatan selama Ramadan melalui kartu atau jurnal. “Misal laporan melaksanakan puasa, salat, mengaji dan lain-lain,” ucapnya.
Sementara itu, orang tua siswa SMPN 2 Martapura, Ratna justru berharap anak-anak tetap masuk sekolah selama Ramadan.
Menurutnya, belajar di rumah sudah terbukti kurang efektif. “Kalau di rumah pasti lebih banyak mainnya,” ujarnya.
Sarannya, durasi belajar di kelas saja yang dipersingkat. “Kalau biasanya pulang jam tiga sore, mungkin saat Ramadan sampai jam 11 siang saja,” harapnya. (ris/gr/fud)