Mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Sutarto Hadi tampil mengenakan jaket kuning sporty berlogo pohon beringin.
Dalam sebuah acara rapat konsolidasi dan fungsionaris Partai Golkar di Jakarta, Ahad (19/3).
Di depan kantor pusat partai, Sutarto berfoto bersama Sekretaris DPD Partai Golkar Kalsel, Supian HK.
Bukan hanya Sutarto dan Supian, dalam foto tersebut juga tampak mantan Kapolda Kalsel Irjen Pol (Purn) Rikwanto.
Mereka kompak mengacungkan salam empat jari (sesuai nomor urut Golkar pada Pemilu 2024 nanti).
Memang, sudah lama terdengar rumor bahwa Sutarto dan Rikwanto bakal maju pada Pileg 2024. Mencalonkan diri dalam pemilihan anggota DPR RI.
Persoalannya, bagaimana dengan status Sutarto sebagai PNS? Bukankah ia masih mengajar di kampus?
Perihal ini, dia menegaskan dirinya masih ASN. Bukan kader parpol.
“Hanya miskomunikasi saja antara saya pribadi dengan pengurus Partai Golkar Kalsel,” kata Sutarto mengklarifikasi, kemarin (22/3).
Awal mula cerita, Februari lalu dia berkunjung ke gedung dewan untuk bertemu Ketua DPRD Kalsel, Supian HK.
Dia datang sebagai Ketua Artipena (Asosiasi Relawan Perguruan Tinggi Anti Penyalahgunaan Narkoba). Datang bersama pengurus lainnya.
Nah, saat itu Sutarto ditanya Supian perihal kegiatannya di kampus. Dijawab bahwa ia sudah pensiun dari jabatan rektor.
Supian lalu meminta KTP (Kartu Tanda Penduduk) milik Sutarto untuk dipotret. “Beliau rupanya mengira saya sudah pensiun sebagai ASN,” ujarnya.
Di situ, ia sempat menduga hendak diajak bergabung. “Tetapi saya tak ada inisiatif atau memohon untuk menjadi pengurus,” tegasnya.
Tak lama setelah pertemuan di gedung DPRD, dia mendapat panggilan telepon dari Supian. Karena mode deringnya dimatikan, panggilan itu tak terdengar dan tak terangkat.
Sutarto hanya membaca pesan WhatsApp yang memintanya untuk berangkat ke Jakarta.
Kebetulan, ia sedang berada di Jakarta, membawa kontingen pecatur Kalsel. Sutarto adalah Ketua Percasi (Persatuan Catur Seluruh Indonesia) Kalsel.
“Saat itu tanggal 19 Maret, kebetulan saya sedang berada di Jakarta. Dan diminta langsung merapat ke acara,” ujarnya.
Di tempat acara, banyak tokoh yang hadir, dari mantan Danrem, mantan Kapolda, hingga mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Nasional). “Acaranya seremoni, tokoh-tokoh masyarakat berkumpul. Suasananya seperti formal. Saya tak menyangka ada acara resmi seperti itu,” tambahnya.
Saat itulah dia dipakaikan jaket kuning dan dikasih KTA (Kartu Tanda Anggota) Golkar. Menyatakan Sutarto sebagai pengurus partai. Sutarto mengaku sangat terkejut, pasalnya ia masih berstatus sebagai ASN.
Setelah acara usai, dia buru-buru menjelaskan status dirinya kepada Supian. “Pensiun saya masih 13 tahun lagi. Usia saya sekarang 57 tahun. Seorang guru besar pensiun di usia 70 tahun,” jelasnya.
Tak ingin berpolemik, Sutarto langsung menghubungi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tepatnya menghubungi Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi Prof Nizam untuk berkonsultasi.
“Lewat telepon, saya sampaikan langsung perihal masalah ini. Padahal saya ingin ketemu langsung, tapi beliau (Nizam) lagi banyak kegiatan,” sebutnya.
Nizam menegaskan kepada Sutarto, haram hukumnya bagi ASN tergabung dalam kepengurusan partai. “Saya disarankan menyampaikan surat pernyataan mengundurkan diri sebagai anggota Partai Golkar,” sebutnya.
Atas saran itu, surat pengunduran diri disampaikan sehari setelah ia menerima KTA. “Ini juga sudah dikomunikasikan dengan pengurus Golkar. Pengurus pun memaklumi. Demi menghindari persepsi yang keliru di tengah masyarakat,” ujarnya menirukan perkataan Supian HK.
Rekan-rekannya di kampus pun turut menyayangkan. “Banyak yang bertanya dan mengatakan masih memerlukan saya di ULM,” pungkas Sutarto.
Dikonfirmasi soal ini, Supian tak memberi jawaban. Pesan WhatsApp tak dibalas. Tapi ia sebelumnya pernah menyampaikan, bergabungnya Sutarto dan Rikwanto bakal menambah kekuatan Partai Golkar menghadapi Pemilu 2024 nanti. (mof/gr/fud)