Sebelum Diperbudak, Calon Pekerja Migran Ilegal Asal Kalimantan Diselamatkan

- Sabtu, 25 Maret 2023 | 10:37 WIB
NYARIS DIKIRIM KE ARAB: NA, AK, dan H di ruang tunggu Pelabuhan Trisakti sebelum dipulangkan ke daerahnya masing-masing. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
NYARIS DIKIRIM KE ARAB: NA, AK, dan H di ruang tunggu Pelabuhan Trisakti sebelum dipulangkan ke daerahnya masing-masing. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Tiga perempuan asal Kalimantan, nyaris dikirim ke Arab Saudi menjadi pekerja migran ilegal. Beruntung, pertolongan datang pada waktu yang tepat.

****

BANJARMASIN – Rabu (22/3) malam, Kapal Laut Dharma Rucitra 1 merapat ke Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin. Kapal itu ditumpangi NA, AK, dan H. Ketiga perempuan itu dikawal petugas Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Jawa Timur.

Ketiganya adalah calon pekerja migran ilegal. Yang nyaris dikirimkan ke Arab Saudi menjadi pekerja sektor domestik. Mereka dicegat di Bandara Internasional Juanda Surabaya.

Di Trisakti, sudah menunggu BP3MI Kalsel dan Ditkrimum Polda Kalsel. Data yang diterima Radar Banjarmasin, NA, 22 tahun, berasal dari Kabupaten Banjar. Lalu AK, 38 tahun, asal Kabupaten Tapin. Sedangkan H, 29 tahun, asal Kabupaten Barito Selatan, Kalteng.

Kepada Radar Banjarmasin, ketiganya mengaku sudah berkeluarga. H mengaku memiliki empat anak, AK memiliki dua anak, dan NA memiliki satu anak. Mereka hendak bekerja di Arab Saudi. Dengan harapan menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang sah atau legal. Ketiganya tergoda oleh cerita dari mulut ke mulut, yang bermuara pada sosok bernama Hj Inah. 

Konon, si hajjah pernah bekerja di Arab Saudi dan berpengalaman memberangkatkan PMI. NA, AK, dan H diiming-imingi gaji sebesar 1.200 riyal atau 4,7 juta rupiah per bulan. Pekerjaan yang ditawarkan adalah pembantu rumah tangga.

“Kami berkomunikasi lewat telepon. Habis itu dipinjami modal untuk berangkat ke Jakarta,” ungkap H. H menerima pinjaman sebesar Rp2 juta untuk ongkos pesawat dari Banjarmasin ke Jakarta. Sedangkan AK dan NA mendapat Rp1,5 juta. 

Di sana, ketiganya diinapkan di sebuah hotel selama sehari. Lalu dibawa ke tempat penampungan yang berada di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

“Di situ kami dikumpulkan dengan calon pekerja dari berbagai daerah. Kami berada di sana sekitar dua pekan,” kata H.

Kelamaan menunggu tanpa kabar kapan berangkat, ketiganya mulai curiga. “Kami merasa ada yang tidak beres. Di tempat penampungan kami, di mana-mana ada kamera pengawas,” tambahnya. 

“Kamar kami juga dikunci. Untuk mengintip di jendela saja tidak bisa. Semua serba tertutup. Handphone kami juga disita,” timpal AK.

Celah itu muncul ketika ada pemeriksaan kesehatan di luar penampungan. Saat itu, mereka sempat mengirim pesan aduan ke BP3MI Kalsel.

Pesan itu direspons. Tetapi para calo sudah mengetahui. Mereka lantas buru-buru memindahkan para korban ke Surabaya. Bahkan, pada hari itu pula para korban bakal diberangkatkan dari Bandara Juanda.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Transaksi Narkoba di Sumber Sari Terungkap  

Sabtu, 20 April 2024 | 16:45 WIB

Tiga Terdakwa Suap di Paser Akui Bersalah

Sabtu, 20 April 2024 | 08:56 WIB
X