Perpustakaan Nasional RI merilis data tingkat kegemaran membaca. Yogyakarta di peringkat satu, penduduknya paling rajin membaca. Sedangkan Kalimantan Selatan, masuk 10 besar pun tidak.
***
BANJARBARU – Data itu disusun tahun 2022 kemarin. Skornya 1 sampai 100. Hasilnya, penduduk Jogja yang paling gemar membaca, 72,29 poin. Di 10 besar, dari Kalimantan, hanya ada Kaltim dengan 66,84 poin. Sedangkan Kalsel berada di peringkat 13 dengan 64,95 poin.
Setidaknya lebih baik dari tetangga Kalbar (64,10 poin), Kalteng (63,82 poin) dan Kaltara (60,7 poin).
Mengacu data Perpusnas yang diperoleh Radar Banjarmasin melalui Badan Pusat Statistik (BPS), dijelaskan, survei mencakup 11.158 responden di 102 kabupaten dan kota.
Aspek yang dihitung, dari durasi membaca per hari hingga frekuensi akses internet pada bahan bacaan per pekan.
Di Kalsel, Perpusnas mencatat, durasi membaca penduduknya rata-rata 1 jam 45 menit 54 detik per hari. Kemudian, frekuensi akses internetnya, sebanyak lima kali per pekan–durasinya 1 jam 45 menit 12 detik per hari.
Angka-angka itu berada di atas rata-rata nasional. Sebab, orang Indonesia menghabiskan 1 jam 37,8 menit per hari untuk membaca.
Secara nasional, Indonesia memegang skor 63,9 poin. Atau 7,4 persen lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab pada 2021 hanya 59,52 poin.
Karena bikin rugi, tokonya memutuskan untuk menyetop penjualan buku-buku sastra. “Sudah 5 tahunan terakhir kami tidak menjualnya lagi,” ungkapnya.
Kini, toko buku yang berumur 16 tahun itu bertahan dengan menjual buku pelajaran sekolah. Ditambah mushaf Al-Qur’an dan kitab agama.
“Syukurnya, penjualan Al-Qur’an naik 50 persen, sementara buku pelajaran menunggu musim tahun ajaran baru,” terangnya.
Menurut Zainal, penjualan buku turun sebab masyarakat lebih senang membaca narasi di media sosial.
“Semoga warga Banua kian sadar membaca,” harapnya.
Serupa dengan pedagang buku lainnya, Rizqo. “Penjualan buku pengetahuan atau sastra terus menurun dalam dua bulan terakhir,” tuturnya.
Ia menggambarkan, dari 10 pembaca ulung, hanya dua yang datang kembali untuk mencari edisi baru. “Itu pun belum tentu,” ucapnya.
Lagi-lagi, medsos dituding sebagai biang kerok. “Membaca di hape kan lebih praktis,” tukasnya.
Tapi dia masih yakin, buku cetak atau fisik masih penting. “Setidaknya bagi pelajar atau mahasiswa,” tambahnya.
Hari ini, Rizqo tertolong oleh bulan Ramadan. Penjualan buku agama meningkat pesat.
DOSEN FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Reza Fahlevi menduga ada yang tidak sinkron dalam pembangunan sumber daya manusia Kalsel.
Sebab pada 2022 lalu, Kalsel justru berada di peringkat 4 dalam Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM). Nah, pada tahun yang sama, malah di peringkat 13 dalam Tingkat Kegemaran Membaca (TGM).
“Harusnya kan sejalan dengan tujuan peningkatan minat baca. Berarti, di sini ada hasil yang tidak sinkron,” kata Reza.
Dia berharap, survei TGM itu bisa menjadi bahan evaluasi untuk pemda, khususnya untuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.
Reza menekankan, minat baca juga sangat tergantung pada peran keluarga dan sekolah.
Minat baca juga penting untuk menjaga iklim berdemokrasi. Menjelang Pemilu 2024, hoaks dan disinformasi kian santer. Untuk menyaringnya, kemampuan membaca menjadi sangat penting.
Ini ditekankan Dosen FISIP ULM, Samahuddin Muharam.
Mantan Ketua KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kalsel itu mengatakan, tanpa literasi politik, di tengah suasana politik yang panas dan riuh, pemilih akan “ringan tangan” menyebarkan berita-berita fitnah.
Samahuddin menyarankan, pemko dan pemkab merancang perda (peraturan daerah) literasi. “Harus dimulai. Demi tatanan kehidupan yang lebih sehat. Khususnya untuk menangkal berita-berita yang mengundang fitnah,” ujarnya.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Kalsel sudah berupaya mendongkrak minat baca masyarakat. Dari renovasi besar-besaran gedung perpustakaan di Jalan Ahmad Yani km 6, hingga mendatangkan sastrawan-sastrawan nasional ke Banjarmasin untuk berbicara.
Masih dari perpus di batas kota itu, juga sudah tersedia ruang Kids Library. Mengikuti kemajuan zaman, empat tahun terakhir, perpus digital iKalsel terus disempurnakan. Koleksi e-book-nya juga terus ditambah.
Kepala Dispersip Kalsel, Nurliani Dardie mengakui, membangun minat baca tak seperti membangun jalan atau jembatan yang hasilnya langsung terlihat.
Sedangkan rasa cinta kepada buku, sangat tergantung pada didikan orang tua. Tanpa keluarga, percuma saja. “Keluarga berperan sangat penting,” tegasnya.
Jadi apa tugas pemda? “Pemerintah bertanggung jawab meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan,” ujarnya. Contoh, mengaktifkan mobil perpus keliling di 13 kabupaten dan kota.
“Kami lakukan apa yang bisa dan semestinya dilakukan. Kami tidak mencari pujian. Biarlah masyarakat yang menilai,” tutupnya. (ris/tia/mof/gr/fud)