Banua Darurat Membaca?

- Senin, 27 Maret 2023 | 14:42 WIB
MAKIN SEPI: Kawasan toko buku di Jalan Hasanuddin HM, Banjarmasin Tengah. Di sini sekarang hanya menjual buku teks pelajaran sekolah, kamus, dan kitab agama. | FOTO: TIA LALITA NOVITRI/RADAR BANJARMASIN
MAKIN SEPI: Kawasan toko buku di Jalan Hasanuddin HM, Banjarmasin Tengah. Di sini sekarang hanya menjual buku teks pelajaran sekolah, kamus, dan kitab agama. | FOTO: TIA LALITA NOVITRI/RADAR BANJARMASIN

Perpustakaan Nasional RI merilis data tingkat kegemaran membaca. Yogyakarta di peringkat satu, penduduknya paling rajin membaca. Sedangkan Kalimantan Selatan, masuk 10 besar pun tidak.

***

BANJARBARU – Data itu disusun tahun 2022 kemarin. Skornya 1 sampai 100. Hasilnya, penduduk Jogja yang paling gemar membaca, 72,29 poin. Di 10 besar, dari Kalimantan, hanya ada Kaltim dengan 66,84 poin. Sedangkan Kalsel berada di peringkat 13 dengan 64,95 poin. 

Setidaknya lebih baik dari tetangga Kalbar (64,10 poin), Kalteng (63,82 poin) dan Kaltara (60,7 poin).

Mengacu data Perpusnas yang diperoleh Radar Banjarmasin melalui Badan Pusat Statistik (BPS), dijelaskan, survei mencakup 11.158 responden di 102 kabupaten dan kota.

Aspek yang dihitung, dari durasi membaca per hari hingga frekuensi akses internet pada bahan bacaan per pekan.

Di Kalsel, Perpusnas mencatat, durasi membaca penduduknya rata-rata 1 jam 45 menit 54 detik per hari. Kemudian, frekuensi akses internetnya, sebanyak lima kali per pekan–durasinya 1 jam 45 menit 12 detik per hari.

Angka-angka itu berada di atas rata-rata nasional. Sebab, orang Indonesia menghabiskan 1 jam 37,8 menit per hari untuk membaca.

Secara nasional, Indonesia memegang skor 63,9 poin. Atau 7,4 persen lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab pada 2021 hanya 59,52 poin.

Penjualan Buku Menurun

 Pedagang buku di Banjarmasin, tak terkejut membaca data Perpusnas tersebut.  Salah satu karyawan toko buku di Jalan Hasanuddin HM, Zainal menuturkan, penjualan buku memang kian menurun. Terutama untuk jenis buku pengetahuan umum dan sastra. “Buku pengetahuan umum maupun novel sama rendahnya peminatnya,” sebut lelaki 29 tahun itu.

Karena bikin rugi, tokonya memutuskan untuk menyetop penjualan buku-buku sastra. “Sudah 5 tahunan terakhir kami tidak menjualnya lagi,” ungkapnya.

Kini, toko buku yang berumur 16 tahun itu bertahan dengan menjual buku pelajaran sekolah. Ditambah mushaf Al-Qur’an dan kitab agama.

“Syukurnya, penjualan Al-Qur’an naik 50 persen, sementara buku pelajaran menunggu musim tahun ajaran baru,” terangnya.

Menurut Zainal, penjualan buku turun sebab masyarakat lebih senang membaca narasi di media sosial.

“Semoga warga Banua kian sadar membaca,” harapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

X