Akhir Maret, Nyaris 100 Kasus DBD di Banjarbaru

- Sabtu, 1 April 2023 | 12:24 WIB
SEMPROT ASAP: Petugas Dinkes Kota Banjarbaru saat melakukan pengasapan di salah satu gedung sekolah. | Foto: Dinkes Banjarbaru untuk Radar Banjarmasin
SEMPROT ASAP: Petugas Dinkes Kota Banjarbaru saat melakukan pengasapan di salah satu gedung sekolah. | Foto: Dinkes Banjarbaru untuk Radar Banjarmasin

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mengancam warga Kota Banjarbaru. Per tanggal 30 Maret 2023 angka DBD di Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ini sudah mencapai 99 kasus positif.Padahal 18 Maret lalu, baru tercatat 94 kasus. Artinya ada penambahan lima kasus dalam dua pekan terakhir. Ini menjadi PR bagi Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru, memutus penularan penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, dr Juhai Triyanti Agustin mengatakan, sebagian besar pasien DBD adalah anak-anak, usia 5 hingga 14 tahun. Tersebar merata di lima kecamatan di Kota Banjarbaru.

“Tapi paling banyak itu di Landasan Ulin, Cempaka dan Banjarbaru Utara,” ungkapnya saat ditemui Radar Banjarmasin di Lobi Gedung Balai Kota, Jumat (31/03) pagi. Lantas apa yang membuat kasus DBD di Banjarbaru meningkat? 

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarbaru, Erni Syafrida Noor menjawab, peningkatan kasus tidak lepas dari faktor cuaca, yakni seringnya turun hujan.

“Karena air hujan yang menggenang dalam wadah tak terpakai jadi sarang nyamuk berkembang biak,” ucap Erni saat ditemui wartawan koran ini di ruang kerjanya.

Karena itu, ia mengimbau kepada masyarakat menjaga kebersihan lingkungan dan rutin menguras bak mandi. Supaya tidak ada lagi jentik nyamuk. “Ini satu-satunya cara agar bisa terhindar dari DBD'” tegasnya. Pasalnya sampai saat ini belum ada obat maupun vaksin yang khusus untuk DBD. “Kebanyakan masyarakat sekarang beranggapan kalau ada kasus DBD itu harus di-fogging. Itu keliru, pengasapan adalah opsi terakhir. Yang utama pemberantasan jentik,” tukasnya.

Sehingga, Erni mengatakan pihaknya masih belum terfokus untuk melakukan fogging (pengasapan) di permukiman warga, sebagai respons tingginya kasus DBD. Sebab fogging tidak mematikan jentik, melainkan hanya membunuh nyamuk dewasa dan masih diperlukan kajian epidemiologi sebelumnya. 

“Memang fogging dapat dilakukan jika terjadi kasus DBD, tapi harus melalui pemeriksaan oleh surveilan epidemiologi dulu, jadi tidak bisa asal semprot,” jelasnya.

Karena itulah, ia mengaku pihaknya tengah gencar melakukan sosialisasi, agar masyarakat menggalakkan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dengan cara menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air, mengubur barang bekas.

“Nama programnya Gertak Bapuputik atau Gerakan Serentak Banjarbaru Sapu dan Punahkan Jentik nyamuk DBD,” ujarnya.

Erni juga menyarankan agar menghindari gigitan nyamuk dengan cara menggunakan kelambu dan menyalakan obat nyamuk.

“Pemberantasan jentik inilah yang jadi kunci pencegahan DBD,” tuntasnya. (zkr/yn/bin)

 

 

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X