Bingka kuning ini berenang di lautan sirop manis segar. Dalam versi berbeda, siropnya dicampur kayu manis.

Oleh: NOR SALIM YAHYA, Pelaihari

ADA banyak jenis bingka yang dikenal masyarakat Kalimantan Selatan. Salah satunya bingka barandam. Dalam bahasa Indonesia, barandam artinya berendam atau berenang. Bentuknya bulat kuning berukuran kecil, teksturnya seperti kue bolu. Disajikan dengan kuah gula, hingga wadai (kue) bingkanya terendam. 

Sebagai sentuhan akhir, ada potongan daun pandan di atas. Menambah aroma harum bingka. Di Kabupaten Tanah Laut, salah seorang pembuat dan pedagang bingka barandam itu adalah Siti Aisyah. Lapaknya mudah ditemukan, karena berada di pinggir Jalan Parit Mas di Kelurahan Sarang Halang Kecamatan Pelaihari. 

Menurut Acil Esah, sapaan akrab Siti Aisyah, bahan bingka barandam ini mudah diperoleh di pasar. Yakni tepung terigu, telur ayam, gula pasir, pewarna makanan, daun pandan, dan air. “Untuk pewarna makanannya terserah, sesuai selera, namun kebiasaan memakai warna kuning,” ujarnya. Cara membuatnya, pertama-tama tepung terigu, telur ayam, dan pewarna makanan diaduk hingga mengembang. Kemudian dituang ke loyang dan dipanggang hingga matang.

“Yang digunakan hanya bagian putih telurnya saja, kuning telurnya dibuang,” jelasnya. Kedua, membuat air gula untuk disiramkan ke bingkanya. “Membuatnya mudah, cukup tuangkan air dan gula secukupnya di panci, kemudian dimasak hingga larut,” ujar Acil Esah.

“Ada juga yang memasak airnya gula bersama kayu manis, tapi itu kebiasaan bubuhan (orang-orang) Bugis. Kalau versi Banjar, kada (tidak) pakai kayu manis,” terangnya.