Menunggu Giliran Duduk di Bawah Pohon

- Jumat, 28 April 2023 | 11:42 WIB
Amalia
Amalia

Amalia Handayani adalah salah satu kader PAN di DPRD Banjarmasin. Di balik statusnya sebagai legislator, politisi yang satu ini ternyata sangat fokus dalam dunia pendidikan. Terutama bagi anak-anak kurang mampu dan lansia yang buta aksara.

Oleh: ENDANG SYARIFUDDIN, Banjarmasin.

 

Amalia Handayani ditemui Kamis (27/4) pagi. Wanita kelahiran Kandangan, 14 Agustus 1978 ini panjang lebar bercerita sampai mendirikan sekolah PAUD dan sekolah nonformal. Pertama kali tercetus membangun sekolah ini setelah melihat lingkungannya di kawasan Banjarmasin Utara. Banyak anak-anak yang tak bisa bersekolah, atau terpaksa berhenti sekolah lantaran keterbatasan finansial orang tuanya. “Di situlah muncul keinginan membangun sekolah,” kata istri dari Anwari Rusada ini.

Setelah berembuk dengan suami dan keluarga besarnya, akhirnya mendirikan PAUD Amalia tahun 2009. Dari mulai 5 murid, hingga sekarang jumlahnya 50 lebih. Selain itu, ia juga menggelar sekolah nonformal paket A, B dan C, baik bagi lansia maupun anak-anak yang ingin melanjutkan ke jenjang SMP maupun SMA, tapi tak memiliki biaya.

Pemberian nama sekolah menggunakan nama depannya diharapkan bisa menjadi amal. Apalagi ia tidak mematok biaya khusus. Bahkan tidak sedikit yang digratiskan. “Saya mendirikan sekolah ini bukan untuk memperkaya diri. Hampir 60 persen yang bersekolah di sini tidak mampu,” tutur ibu dua anak ini.

Lalu bagaimana cara pembiayaannya? Amalia hanya bilang agar proses pendidikan tetap berjalan dengan baik, pembiayaannya menggunakan sistem subsidi silang. Di yayasan pendidikannya itu juga dibangun tempat penitipan anak. “Pakai subsidi silang,” ujarnya.

Melihat latar belakang Amalia yang merupakan sarjana pendidikan, tidak salah jika ia konsen dalam dunia pendidikan. Lantas kenapa justru berbelok ke dunia politik?

Keputusannya terjun menjadi politisi tidak lepas dari peran ayahnya Haji Sastra, mantan anggota DPRD Kota Banjarmasin. Pada masa itu, ia menjadi tim sukses ayahnya ketika nyaleg. “Sebelumnya saya juga pernah ikut membantu Pak Alwi Sahlan saat maju menjadi gubernur jalur independen tahun 2010 silam,” ujarnya.

Hingga tahun 2017, Amalia memutuskan bergabung dengan PAN yang juga menjadi kendaraan politik ayahnya saat nyaleg. Dua tahun di partai, ia ikut pileg. Awalnya hanya untuk mencukupi keterwakilan perempuan 30 persen. Ia pun tidak menduga bakal langsung terpilih. Maklumlah, ia termasuk kader baru yang ikut nyaleg. Meski begitu, pengalamannya membantu sang ayah membuatnya bersemangat. Tidak salah jika saat pileg itu, Amalia sempat dijuluki sebagai kuda hitam.

Menurutnya, untuk menggaet hati masyarakat tidak hanya semata-mata dengan materi. Tetap harus dengan komunikasi. Kebiasaannya bermasyarakat bukan hanya saat mencalon saja, tapi sudah menjadi kesehariannya. “Saya yakin Tuhan tidak tidur. Waktu itu saya berada di nomor 5 dari 10 calon dari PAN. Saya meraih suara 2.000 lebih, terpilih bersama kader PAN lainnya Umi Sarifah Saqinah,” ujarnya.

Nah, di antara lima saudaranya, Amalia memang dekat dengan warga. Dapat dilihat ketika reses. Sebelumnya DPRD Banjarmasin menggelar reses gabungan di kantor kecamatan, sambil menunggu giliran ia terlihat duduk santai dengan warga sambil ngobrol walaupun hanya di bawah pohon. “Jabatan itu hanya amanah. Kalau sudah tidak menjabat akan menjadi masyarakat biasa kan,” ujarnya, lantas tersenyum. 

Sekarang Amalia ditempatkan di Komisi IV yang membidangi pendidikan, Kesehatan, dan sosial. “Alhamdulillah semakin mudah berjuang untuk masyarakat,” tutup Amalia.(az/dye)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X