Diadang Kemarau, Pengusaha Sawit Kalsel Janji Tak Membakar Lahan

- Sabtu, 13 Mei 2023 | 09:47 WIB
ASAP HITAM: Petugas berjibaku memadamkan kebakaran lahan yang melanda Kalsel pada tahun 2018 silam. Kala itu, Banua dilanda bencana kabut asap. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN
ASAP HITAM: Petugas berjibaku memadamkan kebakaran lahan yang melanda Kalsel pada tahun 2018 silam. Kala itu, Banua dilanda bencana kabut asap. | FOTO: M OSCAR FRABY/RADAR BANJARMASIN

Kemarau 2023 lebih kering. Menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan, Kapolda Kalsel Irjen Pol Andi Rian R Djajadi mewanti-wanti perusahaan perkebunan di Banua.

Dia tak ingin bencana kabut asap pada 2018 silam terulang. “Perusahaan perkebunan yang memiliki lahan luas, jangan sengaja membakar, pasti diproses hukum,” tegas Andi.

Kapolda mengutip prakiraan BMKG (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika) yang menyebut kemarau tahun ini bakal lebih panas dibandingkan dengan kemarau dua tahun sebelumnya.

Dia memastikan, polda telah menyiapkan personel dan peralatan untuk menghadapi karhutla. “Dan aplikasi untuk memonitor titik api,” sebutnya.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pun berjanji takkan membakar untuk membersihkan lahan perkebunannya. 

Ketua GAPKI Kalsel, Eddy S Binti mengatakan, pengusaha akan menggandeng kelompok tani dan relawan peduli api.

“Kami sudah mengingatkan perusahaan perkebunan untuk taat aturan. Agar saat membuka lahan perkebunan tidak dengan cara dibakar,” ujarnya dalam diskusi strategi pencegahan dan pengendalian karhutla di Harper Hotel, Banjarmasin Tengah, Jumat (12/5). Dialog ini juga menghadirkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel dan Direktorat Reserse Kiriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalsel.

Kasubdit Kesiapsiagaan BPBD Kalsel, Ariansyah menambahkan, potensi bencana itu muncul akibat fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal atau yang biasa disebut El Nino. “Prediksinya, kemarau tahun ini cukup panjang dan cukup berat. Berpotensi bencana seperti kebakaran dan kekeringan,” terangnya.

Mitigasi awal dari Pemprov Kalsel adalah dengan pembasahan lahan gambut. Lalu memohon bantuan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menerapkan teknologi modifikasi cuaca seperti hujan buatan.

“Guna mengisi embung, bendungan, dan sirkulasi air di lahan gambut tetap terjaga,” ujarnya. Andreas dari Subdit IV Tipidter Ditreskrimsus Polda Kalsel menyatakan, karhutla bisa terjadi karena faktor alam, kelalaian manusia, kebiasaan dan kesengajaan. 

Hasil pemetaan, wilayah rawan karhutla mencakup Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Barito Kuala, Kotabaru, Tapin dan Hulu Sungai Selatan.

Untuk memantau titik api, dibuat inovasi, namanya aplikasi Bekantan. Terintegrasi dengan Mabes Polri, aplikasi ini bisa memantau titik-titik api.

Polda juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan perkebunan untuk membangun menara pemantau api di daerah yang rawan. “Termasuk membuat kanal-kanal,” ujarnya. (mof/gr/fud)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X