Panas Menyengat Tembus 35,6 Derajat Celsius, Muncul Empat Titik Api di Banua

- Sabtu, 13 Mei 2023 | 10:02 WIB
Cuaca panas. | Foto: Jack Taylor/AFP
Cuaca panas. | Foto: Jack Taylor/AFP

“Panasnya fantastis!” kata Gusti Raha, warga Handil Bakti, Kabupaten Barito Kuala.  Jumat (12/5) siang ia berangkat ke masjid untuk salat Jumat dengan perlindungan lengkap: kacamata hitam, sarung tangan, jaket, dan sepatu kets. “Tak hanya bikin gerah, tapi juga terasa menyengat ubun-ubun,” tambahnya. 

Di Kota Banjarmasin juga sama panasnya. Untungnya, menjelang sore, hujan mengguyur dan mendinginkan suhu. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, suhu terpanas di Kalimantan Selatan menyentuh angka 35,6 derajat celsius. “Bulan Mei ini, paling tinggi tercatat 35,6 derajat celsius. Terjadi pada Kamis 11 Mei kemarin,” kata Prakirawan Stamet Syamsudin Noor, Fitma Surya Arghani kepada Radar Banjarmasin. 

Sedangkan kemarin ia mencatat suhu mencapai 35 derajat celsius dengan kelembapan minimum 58 persen. Dijelaskan Fitma, ini merupakan pertanda memasuki musim kemarau. Panasnya akan meningkat pada Juli atau Agustus nanti. “Di kedua bulan itulah diperkirakan Kalsel memasuki puncak musim kemarau. Saat ini baru memasuki musim peralihan,” jelasnya.

Peningkatan suhu udara secara otomatis berdampak pada peningkatan indeks UV (ultra violet) atau paparan radiasi. Dan itu bisa mengganggu kesehatan manusia. “Biasanya muncul masalah kulit. Seperti gosong atau terasa terbakar. Jadi timbul flek-flek hitam,” sebutnya. 

Sedangkan untuk lingkungan, panas menyengat ini menaikkan potensi kebakaran lahan dan hutan. Tercatat sudah empat titik api (hotspot) yang muncul di Banua.  “Keempat titik api ini muncul di tiga kabupaten: Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Tabalong. Tingkat potensi kebakarannya berada di level medium (menengah),” jelasnya. Diwartakan sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi Kalsel, Goeroeh Tjiptanto mengatakan terjadi peningkatan indeks UV atau kekuatan radiasi. 

Peningkatan UV terjadi setiap pukul 10.00 hingga pukul 13.00 Wita. Sebab pada jam-jam itu banyak awan hujan. Panas matahari yang dipantulkan permukaan bumi ke langit, terhalang oleh kumpulan awan tersebut.

“Akibatnya, kita merasakan panas laten pada siang atau malam hari,” ujarnya. Goeroeh menegaskan, ini bukan gelombang panas seperti yang terjadi di negara seperti India. Sebab tidak memenuhi kejadian ekstrem maksimum. 

Secara umum, suhu panas ini muncul akibat gerak semu matahari, sebuah siklus biasa tahunan. (zkr/gr/fud)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X