Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang belakangan terjadi sudah jadi momok bagi Kota Banjarbaru. Pasalnya, sejak akhir Maret 2023 tadi sudah terjadi belasan kasus kebakaran lahan di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) ini.
Terbaru, petugas siaga karhutla harus berjibaku memadamkan api yang membakar lahan rawa di Kota Idaman ini pada Kamis (25/5) kemarin. Tepatnya di wilayah Danau Carmin RT 24 RW 3, Kelurahan Guntung Manggis, Kecamatan Landasan Ulin.
Kapolsek Liang Anggang, Kompol Yuda Kumoro Pardede mengatakan, personilnya langsung mendatangi lokasi kebakaran kejadian setelah mendapatkan informasi tersebut. “Anggota Piket Polsek Liang Anggang dipimpin Pawas AKP Hadi Mulyono dan Babinkamtibmas Kelurahan Guntung Manggis Aipda Setiya Pramono mendatangi lokasi,” katanya.
Yuda Mengungkapkan, berdasarkan dari hasil pemantauan petugas di lapangan, kawasan yang terbakar merupakan lahan kosong, ditumbuhi tumbuhan liar, alang-lalang, pohon akasia dan galam. “Lahan yang terbakar lebih kurang 0,5 hektare dan itu merupakan lahan rawa,” ujarnya.
Meski sudah melakukan pendataan, Kapolsek menyebut bahwa pemilik lahan masih belum diketahui. “Dugaan sementara, kebakaran disebabkan faktor alam atau bukan unsur kesengajaan,” jelasnya.
Sementara itu, pemadaman dilakukan personil BPBD Banjarbaru bersama relawan gabungan. Dijelaskan Kepala Pelaksana BPBD Banjarbaru, Zaini Syahrani, pihaknya menurunkan empat empat jetshooter, satu pompa portable dan sembilan selang penyalur.
“Upaya pemadaman bersama relawan gabungan, lebih kurang selama tiga jam,” terangnya.
“Jika ditotal, hingga saat ini lahan kosong yang terbakar sudah seluas 18,7 hektare,” ungkapnya.
Lantas mengapa sampai sebanyak itu lahan yang terbakar?
Terkait hal itu, Kepala Sub Bidang (Kasubid) Kedaruratan dan Logistik, BPBD Banjarbaru, Hari Wibowo menjelaskan, kondisi itu terjadi lantaran lokasi kebakaran yang sangat sulit dijangkau oleh petugas Siaga Karhutla.
“Rata-rata titik api itu berada di tengah dan jauh dari tepian jalan, makanya kami sulit untuk memadamkannya,” jelasnya.
Bukan tanpa alasan hal itu diungkapkan Hari, ia membeberkan bahwa rata-rata lahan yang terbakar ini jenis vegetasinya adalah tanah gambut.
Hal itulah yang membuat unit tangki yang membawa air tidak bisa mendekati titik api. Pasalnya, jika dipaksakan, mobil tangki tersebut akan langsung amblas. “Jadi terpaksa kami dari tepi jalan saja. Itupun kami memerlukan 12 sampai 15 rol selang air, baru semprotan air menyentuh titik api,” bebernya.
Selain itu, maraknya kejadian karhutla ini juga salah satu dampak dari musim kemarau di Kota Banjarbaru. Berdasarkan informasi dari BMKG Stamet Syamsudin Noor, curah hujan di Kota Banjarbaru semakin berkurang. Bahkan di bulan Juni nanti, semakin sedikit.
“Sebagian besar wilayah Banjarbaru curah hujannya hanya sampai di angka 50-100 mm saja. Dan ini artinya dibawah angka normal,” ungkapnya.
Karena itulah, menurutnya perlu bantuan armada berupa helikopter water bombing agar penanggulangan karhutla di Kota Banjarbaru ini bisa lebih optimal.
“Kemarin sempat kita paksakan, tapi ternyata malah amblas dan terjebak di tengah rawa. Jadi memang perlu bantuan helikopter water bombing,” ujarnya.
Kendala tersebut diakuinya sudah dikoordinasikan dengan pihak BPBD Provinsi Kalimantan Selatan. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada kepastian heli yang mengangkut air itu bisa dipakai untuk memadamkan karhutla.
“Water Bomber sedang diusahakan supaya bisa menjangkau titik api menjangkau. Tapi belum ada info dari provinsi kapan heli ini bisa didatangkan,” katanya.
Padahal menurutnya kondisi Kota Banjarbaru sudah memasuki status Siaga 1 terkait karhutla, lantaran lahan yang terbakar rata-rata berada di daerah Ring 1.
“Yang kami jaga ketat tetap area bandara seperti kelurahan Landasan Ulin Timur, Landasan Ulin Tengah, Landasan Ulin Utara, Guntung Manggis, Guntung Payung, dan Syamsudin Noor,” paparnya.
Bukan tanpa alasan, menurutnya jika sedikit saja terjadi karhutla di antara enam wilayah tersebut, maka kemungkinan besar hal itu akan berdampak besar dengan penerbangan di Bandara, Syamsudin Noor.
Oleh sebab itu, ia meminta agar masyarakat bisa merawat lahannya milihnya dengan benar, termasuk warga ingin ingin membuka lahan. “Ingat kalau jangan pakai cara dibakar.
Kami selalu memperingatkan hal ini, khususnya kepada warga yang bertani dan berkebun,” ujarnya.
“Kalau kedapatan ada yang sengaja membakar maka orang itu akan diproses hukum. Soalnya di tempat kita sudah ada landasan hukumnya yakni Perda nomor 3 tahun 2022. Di sana sudah ada sanksi berupa kurungan dan denda bagi pelaku pembakar laham,” tandasnya.
Maraknya kejadian Karhutla di Kota Banjarbaru membuat Polres Kota Banjarbaru mengambil sikap siaga penuh. Wakapolres Banjarbaru Kompol Winda Adhiningrum menilai, fenomena Karhutla ini akan bisa tertangani maksimal jika ada kerjasama yang apik antara semua stakeholder.
Karena itu, pihaknya akan membuat inovasi-inovasi dengan mengedepankan kerjasama antara pemerintahan, swasta, relawan BPK dan TNI-Polri. “Jangan membuka lahan dengan cara membakar serta jangan membuang puntung rokok sembarangan, ada sanksi hukum berat yang menanti bagi para masyarakat apabila masih nekat membuka lahan dengan cara dibakar,” tegasnya, Jumat (26/05) pagi.
Sehingga guna mengantisipasi semakin parahnya kebakaran Karhutla, Kompol Winda lun langsung mengecek sarana prasarana (sarpras) penanggulangan Karhutla di Mako Polres Banjarbaru.
Dikatakannya, pengecekan tersebut dilaksanakan sebagai langkah awal untuk mengantisipasi apabila terjadi Karhutla di wilayah Kota Banjarbaru.
“Sarpras Karhutla harus dirawat serta dipelihara dengan baik, sehingga jika sewaktu-waktu digunakan dapat berfungsi dengan baik, jangan sampai nantinya ketika terjadi Karhutla, peralatan malah tidak bisa difungsikan sehingga menghambat proses pencegahan maupun penanganan kebakaran,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa tahun ini merupakan siklus empat tahunan Lanina.
Dimana masa musim kemarau diprediksi akan lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya dan diperkirakan jatuh pada bulan Juni serta Juli tahun ini.
“Maka dari itu, kami juga telah menekankan kepada para Bhabinkamtibmas jajaran untuk secara masif melaksanakan kegiatan-kegiatan preemtif seperti sosialisasi imbauan larangan Karhutla dan sebagainya di wilayahnya masing-masing,” tuntasnya. (zkr/yn/ram)