Bagi masyarakat Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Aruh adat merupakan ritual yang sakral. Jenis aruh adat sebenarnya bisa diklasifikasikan dalam beberapa macam. Misalnya aruh adat untuk meminta keselamatan, aruh adat dalam mensyukuri hasil panen, hingga aruh adat untuk berbagi dengan tetangga. 

Namun yang paling sering dikerjakan oleh masyarakat adat di HST adalah aruh adat setelah selesai musim panen. Seperti yang dilakukan masyarakat adat di Desa Pembakulan, Kecamatan Batang Alai Timur (BAT).

Warga adat yang menganut agama Hindu tersebut baru saja melaksanakan aruh adat selama 24 jam pada Kamis (15/6) pagi dan berakhir pada Jumat (16/6) pagi. Aruh dilaksanakan di Balai Adat Balai Pancar Dewata di desa tersebut. Diikuti 18 kepala keluarga atau disebut Umbun. Aruh dipimpin langsung oleh kepala balai, Yunadi.

“Masyarakat Hindu Dayak Meratus melaksanakan aruh ini setiap setahun sekali setelah selesai musim panen hasil ladang,” jelasnya. Secara singkat di dalam aruh tersebut, ada doa-doa yang dipanjatkan oleh pemimpin adat kepada leluhur. Dalam menyampaikan doa tersebut disediakan berbagai hasil bumi sebagai syarat.

Ini merupakan simbol kesakralan yang kerap dilakukan dalam setiap aruh. Tak hanya hasil bumi, berbagai macam makanan juga disediakan. Tujuannya sebagai rasa syukur dan agar mendapatkan berkah, serta hasil panen tahun depan terus baik.(mal/gr/dye)