MANAGED BY:
SELASA
05 DESEMBER
BANUA | HUKUM & PERISTIWA | BISNIS | RADAR MUDA | FEATURE | SPORT | RAGAM INFO | PROKALTORIAL | FEMALE

FEATURE

Jumat, 23 Juni 2023 11:35
Mengunjungi Festival Parang di Banjarmasin, Pamerkan Sang Tumenggung hingga Nabur
ANTUSIAS: Pengunjung melihat koleksi yang dipamerkan di Festival Parang, di kawasan Museum Wasaka, kemarin (22/6) siang. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Di balik etalase, ragam jenis parang itu ditampilkan. Melalui sebuah narasi singkat, diceritakan aksi heroik yang menyertai sejumlah senjata tajam itu.

Ditopang tali, Parang Kemudi Singkir itu dipajang tampak hampir seperti berdiri di balik etalase. Lengkap dengan sarungnya. Permukaan parang tampak sepuh. Demikian pula bila melihat kondisi gagang dan sarung parang. 

Pemiliknya dahulu adalah Tumenggung Mat Lima. Pejuang Perang Banjar dari Distrik Amandit (Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan).

Diperkirakan pada tahun 1860, Mat Lima mengiringi perjuangan kerabatnya yakni Tumenggung Antaluddin ke wilayah Hulu Barito. Seusai perjuangan, parang itu kemudian dititipkan ke kerabatnya yang tinggal di kawasan Hulu Barito itu. Selanjutnya, ada Parang Bungkul. Usianya diperkirakan kurang lebih 100 tahun. Dalam sebuah narasi singkat, parang yang satu ini sebelumnya dimiliki oleh seorang tokoh terkenal di Nagara.

Lalu, ada pula Parang Lantik. Parang yang dipajang di dalam etalase itu juga memiliki cerita tersendiri. Berdasarkan informasi yang tertera, pernah digunakan pada masa kekacauan sekitar tahun 1960-an di sebuah wilayah di Kalsel. Konon, pada bilah besi parang tersebut, terdapat rajah yang dipercaya masyarakat memiliki tuah untuk melerai pertikaian.

Setidaknya itulah sekelumit kisah tertulis dari sebagian jenis parang yang ditampilkan dalam pameran kontemporer bertajuk Festival Parang itu. Setidaknya sebanyak 31 jenis parang berbeda dipamerkan. Baik dari bentuk, hingga penamaannya. 

Selain Kemudi Singir, Bungkul dan Lantik, ada pula Parang Pacat Gantung dan Wawalutan. Kemudian Parang Lais, Tangi, Nabur, dan jenis parang lainnya. Tak ketinggalan, parang yang umumnya digunakan sebagai alat untuk bertani atau berkebun.

Pemeran itu digelar di halaman Museum Perjuangan Waja Sampai Kaputing (Wasaka) Banjarmasin. Berlangsung sedari kemarin (22/6), hingga Minggu 25 Juli 2023.

Penggagasnya, Komunitas Wasi Pusaka Banua (Wasaka) Korwil Banjarmasin. Didukung sejumlah instansi terkait. Sebagian di antaranya yakni Museum Wasaka, Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalsel, dan Museum Rakyat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Ketua pelaksana kegiatan, Haji Rahmadi menjelaskan bahwa parang begitu lekat dengan keseharian masyarakat. Hal itu pula yang membuat pihaknya menggelar pameran tersebut. Namun di dalam pemeran kali ini, pihaknya juga mencoba mengenalkan jenis parang lainnya. Khususnya yang ada di Kalsel. “Baik dari segi penamaan, hingga bentuknya,” ungkapnya, kemarin siang. “Baik itu parang yang nilainya berupa sebuah pusaka, atau turun temurun, dan sebagainya,” tekannya.

Sederhananya, di gelaran itulah pengunjung bisa mengetahui dan melihatnya secara langsung. “Tak lain untuk melestarikan, mencintai, dan mengenal benda-benda berikut sejarah yang menyertainya,” harapnya.

Seperti apa contohnya? Dari hasil pantauan Radar Banjarmasin, Parang Nabur adalah salah satunya. Bentuknya beragam. Salah satu bilahnya, ada yang tampak begitu melengkung. Konon, bagian bilah parang ini terbuat dari baja ditempa berlipat-lipat hingga menghasilkan kualitas besi yang baik. 

Menilik dari rancang bangun, khususnya pada bagian gagang, Parang Nabur juga memiliki pernak-pernik. Salah satunya, pelindung tangan.

Di dalam sejarah Kesultanan Banjar, parang yang satu ini biasanya juga dihias logam mulia pada gagangnya. Entah itu emas, dan sebagainya.

Dalam pameran tersebut juga dipajang bahan-bahan berupa besi yang biasa digunakan untuk membuat parang. Ada pula para pelaku industri kreatif yang bersentuhan langsung dengan kegiatan pameran. Seperti empu atau pandai besi, hingga seniman yang biasa membuat gagang dan sarung untuk parang, pisau, hingga keris. “Alhamdulillah, selama gelaran pameran sudah ada beberapa pengunjung yang minta dibuatkan sarung dan gagang untuk pusaka mereka,” ujar Rahmadi.

“Yang memesan untuk dibuatkan parang pun juga ada beberapa. Kami berharap, adanya kegiatan ini bisa memantik banyak orang untuk mengenal serta melestarikan seni tradisi dan budaya para pendahulu kita,” ucapnya.

Salah seorang pengunjung, Fery Oktavian mengaku sangat tertarik dengan adanya Festival Parang. Ia mengaku tak menyangka bahwa ternyata ada banyak jenis parang di Kalsel. “Ini menjadi sarana edukasi bagi kami yang muda-muda ini,” ungkap mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin itu.(war/az/dye)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 23 September 2015 09:58

Gudang SRG Kebanjiran Gabah

<p style="text-align: justify;"><strong>MARABAHAN</strong> &ndash; Memasuki…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers