MANAGED BY:
RABU
27 SEPTEMBER
BANUA | HUKUM & PERISTIWA | BISNIS | RADAR MUDA | FEATURE | SPORT | RAGAM INFO | PROKALTORIAL | FEMALE

RAGAM INFO

Sabtu, 24 Juni 2023 11:36
Beratnya Perjuangan Naik Haji Urang Banjar Tempo Dulu
TRANSIT: Jemaah haji asal Banua menaiki sampan dari Pelabuhan Martapura Lama Banjarmasin untuk naik ke kapal api yang menuju Makkah. | FOTO: INSTAGRAM KESULTANAN BANJAR

 Tidak segampang sekarang, dulu masyarakat Banua harus berjuang agar bisa menunaikan ibadah haji. Saat ini, jemaah haji tinggal duduk manis dalam pesawat, dan hanya menempuh perjalanan selama sekitar 30 jam untuk sampai ke Mekkah. Sedangkan di era kolonial, para jemaah haji harus berbulan-bulan menaiki kapal untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Sejarawan Kalsel, Mansyur mengatakan tradisi Urang Banjar gemar menunaikan ibadah haji ke Mekkah sudah berlangsung lama. Diperkirakan sekitar abad ke-17 atau sekitar tahun 1600-an, Urang Banjar sudah berhaji. 

Ia menceritakan, pada era itu perkembangan Agama Islam di Kesultanan Banjar mendapat pengaruh dari ajaran-ajaran yang berkembang di Aceh. Dengan runtuhnya Kerajaan Demak sebagai pusat dakwah Islam semasa Wali Songo, pengaruh Kerajaan Aceh mulai berkembang di Nusantara.

Kedudukan Kerajaan Aceh juga menentukan, karena menjadi terminal bagi jemaah haji dari Banjarmasin khususnya yang akan berangkat ke Tanah Suci. Atau bagi mereka yang kembali ke tanah air. “Sebelum munculnya kapal api, para jemaah haji atau para pelajar yang akan belajar ke Tanah Suci, berdiam di Aceh beberapa lama,” ucapnya saat dihubungi Radar Banjarmasin, Rabu (21/6) siang
Para jemaah haji harus menunggu angin baik untuk melanjutkan pelayaran. Begitu pula bagi mereka yang akan pulang ke tanah air, khususnya daerah bagian timur dari kepulauan Nusantara ini.

Selama mereka berada di Aceh, mereka mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan maupun mengikuti pengajian-pengajian. Perkembangan pemikiran yang berkembang di Aceh pun memengaruhi mereka. Wajar bila pemikiran dari Hamzah Fansuri yang mengembalikan pada ajaran tasawuf Sunni, sampai pengaruhnya ke dalam Kesultanan Banjar. Hal tidak mengherankan juga jika faham sufisme dari Hamzah Fansuri sudah memasuki praktik keagamaan di Kesultanan Banjar.

Pada tahun 1860-an, dijelaskannya, sedikit sekali daerah-daerah di Nusantara yang tingkat kemakmurannya sangat tinggi dan merata seperti di Banjarmasin. Jumlah orang yang naik haji dari Banjarmasin tentu lebih banyak dibanding wilayah lain.

Ibadah haji ke Mekkah makin marak ketika dibukanya Terusan Suez dan berkembangnya angkutan kapal api yang mempermudah orang-orang Banjar pergi naik haji. “Jumlah orang yang naik haji pun bertambah,” kata Mansyur.

Pada dekade ini bisa dikatakan bila memiliki kekayaan, hubungan ke luar dijalankan penduduk adalah naik haji ke Mekkah. Jumlah haji dari Kalimantan Selatan cukup besar. Bahkan di pertengahan abad ke-19 dianggap yang terbesar di Indonesia.

Naik haji ini dijalankan dengan kapal-kapal KPM (Kapal Pemerintah Hindia Belanda). Tapi, kadang-kadang juga dengan angkutan tradisional. Perjalanan haji dari Nusantara sangat tergantung aktivitas pelayaran bagi jemaah haji untuk menumpang kapal-kapal menuju ke Pelabuhan Jeddah.

Namun, dalam catatan sejarah, perjalanan kapal-kapal yang membawa jemaah haji sejak dulu selalu mengalami hambatan. Pada periode abad 17-18, menurut Putuhena (2006), diketahui pelayaran haji dari Nusantara ke Tanah Hijaz pada umumnya ditempuh dengan menumpang kapal-kapal layar niaga baik milik domestik maupun milik orang-orang asing. Seperti kapal orang-orang Arab. “Masa itu kapal niaga Nusantara telah menunjang kapal-kapal pelayaran yang sering digunakan muslim untuk berlayar ke tanah Hijaz,” ungkap Mansyur.

 

Pada tahun 1860-an, dijelaskannya, sedikit sekali daerah-daerah di Nusantara yang tingkat kemakmurannya sangat tinggi dan merata seperti di Banjarmasin. Jumlah orang yang naik haji dari Banjarmasin tentu lebih banyak dibanding wilayah lain.

Ibadah haji ke Mekkah makin marak ketika dibukanya Terusan Suez dan berkembangnya angkutan kapal api yang mempermudah orang-orang Banjar pergi naik haji. “Jumlah orang yang naik haji pun bertambah,” kata Mansyur.

Pada dekade ini bisa dikatakan bila memiliki kekayaan, hubungan ke luar dijalankan penduduk adalah naik haji ke Mekkah. Jumlah haji dari Kalimantan Selatan cukup besar. Bahkan di pertengahan abad ke-19 dianggap yang terbesar di Indonesia.

Naik haji ini dijalankan dengan kapal-kapal KPM (Kapal Pemerintah Hindia Belanda). Tapi, kadang-kadang juga dengan angkutan tradisional. Perjalanan haji dari Nusantara sangat tergantung aktivitas pelayaran bagi jemaah haji untuk menumpang kapal-kapal menuju ke Pelabuhan Jeddah.

Namun, dalam catatan sejarah, perjalanan kapal-kapal yang membawa jemaah haji sejak dulu selalu mengalami hambatan. Pada periode abad 17-18, menurut Putuhena (2006), diketahui pelayaran haji dari Nusantara ke Tanah Hijaz pada umumnya ditempuh dengan menumpang kapal-kapal layar niaga baik milik domestik maupun milik orang-orang asing. Seperti kapal orang-orang Arab. “Masa itu kapal niaga Nusantara telah menunjang kapal-kapal pelayaran yang sering digunakan muslim untuk berlayar ke tanah Hijaz,” ungkap Mansyur.

Baca Juga :  Jembatan Sungai Hantu, Namanya Seangker Ceritanya

Memasuki abad ke-18, lalu lintas pelayaran antara Nusantara dan Samudera Hindia mulai didominasi kapal-kapal jenis Galleon dan Frigate milik perniagaan Eropa. Konsekuensinya, menurut Ahmad Fauzan Baihaqi (2016) & Johan Eisenberger dalam Indie en de Bedevaart naar Mekka (1928), ialah kepada calon jemaah haji kadang harus berlayar menaiki kapal-kapal milik VOC dari Batavia menuju Teluk Aden sebelum ke Jeddah.

Ini problematis karena adanya larangan bagi kapal-kapal Belanda mengangkut para jemaah haji sesuai Besluit van 4 Augustus 1716. Bagi pribumi hal ini menyulitkan. Para jemaah akhirnya berinisiatif untuk menumpang kapal-kapal niaga secara sembunyi-sembunyi dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya. Atau mengoptimalkan kapal-kapal milik saudagar Arab yang sering memberikan tumpangan. “Pelayaran dari Nusantara menuju Semenanjung Arab pada masa kapal layar membutuhkan waktu 5-6 bulan. Itu pun sudah termasuk transitnya,” tutur Mansyur.

Perjalanan laut ini juga harus memahami kondisi cuaca atau musim angin bertiup untuk kelancaran pelayaran kapal laut. “Soalnya bahaya akan selalu menghantui jika pelayaran kapal dilakukan dalam kondisi badai dan ombak tinggi,” tukasnya.

Dari catatan perjalanan Abdullah Kadir Al-Munsyi pada tahun 1854, untuk perjalanan kapal layar memakan waktu 3 bulan untuk ke Jeddah apabila berangkat dari pelabuhan Singapura. Tapi bila menumpang kapal dari pelabuhan Batavia atau pelabuhan di sekitarnya memakan waktu lebih lama. “Tergantung waktu transit di tiap-tiap pelabuhan untuk berganti kapal. Pasalnya, kapal layar saudagar Arab yang menuju pelabuhan Jeddah lebih banyak tersedia di pelabuhan Singapura,” pungkasnya.(zkr/gr/dye)

loading...

BACA JUGA

Kamis, 13 Juli 2023 23:03

Serpentinit: Hanya Ada di Kalsel, Papua dan Himalaya

ALAM Kalimantan Selatan mengandung berbagai jenis batuan langka. Di Tahura…

Sabtu, 24 Juni 2023 11:36

Beratnya Perjuangan Naik Haji Urang Banjar Tempo Dulu

 Tidak segampang sekarang, dulu masyarakat Banua harus berjuang agar bisa…

Sabtu, 24 Juni 2023 11:33

Siapa Sebenarnya Syamsudin Noor? Tokoh yang Dijadikan Nama Bandara di Banjarbaru

TAHULAH Pian, siapa tokoh yang namanya diabadikan menjadi nama bandar…

Sabtu, 24 Juni 2023 11:31

Ini Mobil Pertama di Banjarmasin, Pemiliknya Saudagar Kebun Karet

Transportasi mobil dikenal luas oleh masyarakat pribumi di Indonesia mulai…

Selasa, 06 Juni 2023 14:09

Daftar Resep Olahan Daging Sapi Pedas Paling Lengkap

Apakah Anda butuh resep olahan daging sapi pedas yang cara…

Jumat, 07 April 2023 10:45

Tiga Rasa yang Beda di Wadai Putri Selat

Wadai putri selat memiliki tiga lapisan–bawah, tengah dan atas. Setiap…

Jumat, 07 April 2023 10:43

Dua Versi Bingka Barandam

Bingka kuning ini berenang di lautan sirop manis segar. Dalam…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers