Masih banyak budaya lokal yang dilaksanakan di HUlu Sungai Tengah (HST) Kalsel. Seperti ketika panen melimpah atau kabulnya hajat seseorang. Baik itu dari suku Dayak, maupun suku Banjar. Berikut lima diantaranya.
1. Ritual Baharin
Ritual Baharin adalah ritual yang eksis di tengah masyarakat Suku Dayak Meratus. Biasanya aruh atau perayaan ini digelar pada momen penting. Seperti ketika panen melimpah atau kabulnya hajat seseorang.

Masyarakat Dayak Meratus memaknai baharin sebagai ungkapan rasa syukur. Dalam ritual ini, hasil kebun atau makanan dibagikan oleh empunya hajat kepada warga sekitar.
Pada 2014, aruh adat baharin terdaftar dan ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda kategori ritual/upacara yang berasal dari Kalimantan Selatan. Tak hanya di HST, ritual ini juga bisa ditemukan di Kabupaten Balangan.
2. Lamut
Lamut adalah sebuah tradisi bertutur. Kisah yang dibawakan mengandung pesan moral dan nilai-nilai keagamaan, sosial, dan budaya Banjar.

Saat dimainkan, seni bertutur ini diiringi alat musik terbang berukuran besar. Terbang diletakkan di pangkuan penutur, dikelilingi para pendengar. Terbang dipukul mengiri cerita.
Lalu apa bedanya dengan kesenian Madihin? Secara kasat mata, yang jelas alat yang dipakai berbeda. Terbang Lamut lebih besar ketimbang Madihin. Perbedaan lainnya, soal materi yang dibawakan. Kalau Madihin lebih banyak bersyair dan berpantun.
3. Batumbang Apam
Batumbang Apam adalah sebuah tradisi bagi anak-anak suku Banjar yang ada di Desa Pajukungan, Kecamatan Barabai, Hulu Sungai Tengah (HST). Salah satu syarat harus ada kue apam.

Batumbang apam biasanya dilaksanakan dalam dua waktu. Yakni setiap bulan 10 Dzulhijjah dan setelah salat idulfitri. Batumbang apam dilaksanakan sebagai hajat dari para orang tua kepada sang anak untuk mendapat berkah dari Allah SWT. Harapannya menjadi anak yang baik, soleh atau solehah.
Kaum masjid menggendong sang anak lalu dibawa ke mimbar khatib. Di sini kaum masjid menginjakkan kaki sang anak di tangga mimbar sampai ke atas. Proses ini sambil diiringi doa dan selawat nabi.
4. Baarak Naga
Tradisi ini berasal dari Desa Barikin, Kecamatan Haruyan. Biasanya tradisi ini digelar dalam upacara perkawinan. Arak-arakan naga merupakan kebiasaan yang dilakukan keturunan Datu Tanura, dia adalah warga asli Desa Barikin.

Tradisi ini dulunya dilakukan oleh para tokoh adat Desa Barikin ketika mengawinkan anaknya. Arak-arakan naga digelar untuk memeriahkan pesta perkawinan anak tokoh adat tersebut.
Kedua pengantin dibuatkan perahu kayu berkepala naga, lalu mereka menaiki perahu tersebut. Layaknya raja dan ratu mereka diarak keliling dengan melalui jalur sungai diiringi musik gamelan.
5. Aruh Adat
Jenis aruh adat sebenarnya bisa diklasifikasikan dalam beberapa macam. Misalnya aruh adat untuk meminta keselamatan, aruh adat dalam mensyukuri hasil panen, hingga aruh adat untuk berbagi dengan tetangga.

Namun yang paling sering dikerjakan oleh masyarakat adat di HST adalah aruh adat setelah selesai musim panen. Warga adat yang menganut agama Hindu tersebut baru saja melaksanakan aruh adat selama 24 jam.
Aruh adat merupakan bagian dari ajaran agama Hindu Panca Yadnya. Artinya adalah lima jenis upacara suci yang diselenggarakan secara tulus ikhlas oleh umat Hindu dalam usahanya untuk mencapai kesempurnaan hidup. (*)